Page 73 - ISLAM DAN AGRARIA TElaah Normatif dan Historis Perjuangan Islam Dalam merombak Ketidakadilan Agraria
P. 73
kenjataan-kenjataan keras ibarat batu karang, sebagai warisan
masjarakat kolonial jang sekarang kita warisi, jang tidak dapat
bergeser dengan semata-mata perubahan Undang-Undang.
Pembaharuan Undang-Undang agraria dan jang sebagai itu
hanja berpaedah bila dilakukan sebagai satu bagian pembantu
dari sesuatu konsepsi ekonomi umum jang hendak dilaksanakan.
Kita dapati Indonesia sebagai satu negeri agraria yang telah
ditempatkan oleh ekonomi ekspor zaman pendjadjahan djadi
satu daerah produsen bahan mentah jang penting sekali buat
pasar dunia. Dalam proses produksi barang mentah jang berharga
ini, terutama di pulau Djawa (5/6 dari seluruh Indonesia) petani
Indonesia sendiri hampir tidak mengambil bahagian, selain
daripada sebagai buruh atau dengan mempersewakan tanah
kepunjaannja. Susunan ekonomi di desanja jang asli sudah petjah
belah, sedangkan nasibnja sangat tergantung dan terumbang-
ambing dengan naiknja pasar dunia itu dan kita dapati, terutama
pulau Djawa sebagai daerah paling lama mendjadi pangkalan bagi
ekspor tersebut, adalah jang paling berat pula menderita kepadatan
penduduk, kekurangan tanah, pengangguran, pemerasan tukang
renten, dan lain-lain.
Masalahnja sekarang adalah bagaimana kita dapat mengubah
struktur ekonomi jang demikian, begitu rupa, sehingga dalam
produksi bahan untuk pasar dunia itu, petani kita mendapat
bahagian jang lebih besar dan aktif, dengan di samping itu
mengambil langkah bagaimana memperkuat kedudukan
ekonominja ke dalam sehingga nasib mereka tidak sangat
terumbang-ambing menurut turun naiknja pasar dunia itu. Dalam
hubungan ini, soal kebanyakan penduduk di pulau djawa dan
kekurangan penduduk di luar djawa dengan segala akibatnja,
adalah sebagai salah satu faktor jang njata. Ini berkehendak pada
56 Islam dan Agraria