Page 72 - ISLAM DAN AGRARIA TElaah Normatif dan Historis Perjuangan Islam Dalam merombak Ketidakadilan Agraria
P. 72

Sebaliknya di daerah lain, di luar djawa petani justru tak tjukup
                   tenaga untuk menggarap dan memelihara tanahnya. Ada jang
                   sampai terdesak oleh binatang liar, babi dan harimau, lantaran
                   sunyinya daerah itu dari manusia. Di sini petani meninggalkan
                   desanja, mempersewakan kekuatan tulangnja kepada perkebunan
                   getah dan lainnja. Sampai di situlah pula bagian pak tani Indonesia
                   dalam rangkaian produksi hasil bumi Indonesia untuk perdagangan
                   dunia. Di Riau dan Kalimantan Barat, petani Indonesia justru
                   menjadi tamu dari imigran asing, lantaran kekurangan penduduk,
                   kekurangan pengertian, kekurangan kapital. Ini soalnja!  76
                 Atas persoalan agraria Indonesia itu, Natsir mencoba menuntun
             pada jalan penemuan solusi, seperti yang ia tuliskan:

                   “Bagi-bagi tanah bengkok Pak Lurah!” Teriak Rakjat jang putus
                   asa. “Tjari menteri agraria”, kata politisi di Djakarta Raya............!
                   Sajang, soalnja tidak segampang itu! Jang berabad-abad telah
                   mendjadi sasaran dari ekspor ekonomi djadjahan dengan segala
                   akibat-akibatnja, bagi susunan masjarakat desa dan petaninja.
                   Memang, kita tahu, bahwa banjak Undang-Undang dan peraturan-
                   peraturan jang perlu ditindjau berkenaan dengan agraria. Ada
                   Undang-Undang agraria tahun 1870, ada peraturan-peraturan
                   erpacht, tentang hak milik, tentang tanah partikelir, dan lain-
                   lain. Memang penindjauan ini sudah berbulan-bulan dilakukan
                   oleh panitia agraria, jang terdiri dari para ahli dari beberapa
                   kementerian. Sekarang orang jang akan mengepalai pekerdjaan
                   panitia ini berdasarkan pertimbangan politis, psichologis dan
                   apalagi, perlu diberi pangkat “jang mulia”! tapi djika ini semua
                   tidak dimaksudkan sekedar sebagai rencana akademik, tetapi
                   hendak dihubungkan dengan usaha praktis bagi pemetjahan soal
                   agraria dengan segala aspeknja, orang akan berhadapan dengan


             76.  Muhammad Natsir, Capita Selecta 2 (Djakarta: Pustaka Pendis, 1957), hlm.
                329-339.

             Perjuangan Islam dalam Penataan Struktur Agraria di Indonesia   55
   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77