Page 119 - skripsi antropologi sastra
P. 119

106




                        ia mengetuk pintu dengan tak sabar.

                        Pada pelayan
                        Jangan mendudukiku, kau orang kasar,
                        Kau membawakan kendi untukku begitu kasar di depan hidung!
                        Siapa yang membawakanku anggur, ia akan melihatku dengan ramah
                        kalau tidak, ketergesa-gesaan menjadikan keruh di dalam gelas.

                        Pada pelayan laki-laki penuang anggur
                        Kau pemuda kecil, kau masuklah sini,
                        Apa yang membuatmu berdiri di ambang pintu?
                        Kamu seharusnya menjadi peminum kelak,
                        Tiap-tiap anggur itu sangat lezat dan segar.
                              Pelayan laki-laki
                              berbicara
                        Kau, dengan rambutmu yang keriting dan berwarna coklat,
                        Pergilah dariku, pelacur yang cerdik!
                        Aku panjatkan syukurku pada Tuhanku,
                        sekarang, ia mencium keningku.

                        Tapi kau, aku ingin bertaruh,
                        dengan ini kau tidak membuatku merasa puas,
                        Pipimu, dadamu
                        akan membuat temanku kelelahan.

                        Apakah kamu yakin padaku,
                        Bahwa kamu sekarang akan melarikan diri dengan malu?
                        Di ambang pintu aku berada
                        dan bangun, ketika kamu menyelinap.

                        Disebabkan oleh kemabukan mereka,
                        mereka telah menuduh kami dengan berbagai macam tuduhan
                        dan oleh karena kemabukan kami
                        mereka tidak cukup lama berkata.
                        Biasanya orang mengalah dalam keadaan mabuk
                        hingga fajar menyingsing
                        Namun dalam keadaan mabuk
                        aku telah mondar-mandir di malam hari.
                        Itu adalah kemabukan cinta,
                        yang sangat menggangguku,
                        Dari siang hingga malam, dari malam hingga siang
                        ragu-ragu di dalam hatiku.
                        Pada hatiku, yang berada dalam kemabukan
                        lagu-lagu menggelembung dan menonjol,
                        bahwa tak ada kemabukan yang tidak mabuk
                        memberanikan diri untuk diangkat secara sama.
   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124