Page 122 - skripsi antropologi sastra
P. 122
109
Tiap lagu membuatku rindu,
ketika lagu itu berakhir.
Pelayan laki-laki
Kami menyebut penyair besar,
ketika kau muncul di pasar.
Aku senang mendengarkan, ketika kau bernyanyi
dan aku mendengarkan, ketika kau bungkam.
Namun demikian aku mencintaimu dan lebih mencintaimu,
Ketika teringat kau mencium(ku).
Karena kata-kata akan berlalu,
dan ciuman itu, akan tetap dalam sanubari
Sajak demi sajak akan berarti apa,
lebih baik banyak berpikir.
Jika kau bernyanyi untuk orang lain,
dan membisu dengan pelayan itu.
Penyair
Pelayan, kemari! Satu gelas lagi!
Pelayan laki-laki
Tuan, kau telah cukup mabuk
Kami menyebutmu peminum yang liar!
Penyair
Apakah kau dulu melihat, bahwa aku telah tenggelam?
Pelayan laki-laki
Mahomet melarang hal itu.
Penyair
Sayang!
Tak seorang pun mendengar apa yang dikatakan padamu.
Pelayan laki-laki
Jika suatu kali kau ingin berbicara,
aku sama sekali tidak akan banyak bertanya.
Penyair
Dengar! Kita orang muslim yang berbeda,
Dalam keadaan tenang kita harus membungkuk,
Dia, dalam semangatnya yang suci,
ingin menjadi gila sendiri.
Saki