Page 50 - skripsi antropologi sastra
P. 50
37
Memang jiwa terdapat di dalamnya,
dan tinggal gembira dengan penuh kesadaran.
Tapi sekarang satu botol anggur,
dengan segar masuk satu demi satu.
Jiwa tidak akan menderita lebih lama lagi,
ia mengetuk pintu dengan tak sabar.
Pada pelayan
Jangan mendudukiku, kau orang kasar,
Kau membawakan kendi untukku begitu kasar di depan hidung!
Siapa yang membawakanku anggur, ia akan melihatku dengan
ramah
kalau tidak, ketergesa-gesaan menjadikan keruh di dalam gelas.
Pada pelayan laki-laki penuang anggur
Kau pemuda kecil, kau masuklah sini,
Apa yang membuatmu berdiri di ambang pintu?
Kamu seharusnya menjadi peminum kelak,
Tiap-tiap anggur itu sangat lezat dan segar.
Pelayan laki-laki
berbicara
Kau, dengan rambutmu yang keriting dan berwarna coklat,
Pergilah dariku, pelacur yang cerdik!
Aku panjatkan syukurku pada Tuhanku,
sekarang, ia mencium keningku.
Tapi kau, aku ingin bertaruh,
dengan ini kau tidak membuatku merasa puas,
Pipimu, dadamu
akan membuat temanku kelelahan.
Apakah kamu yakin padaku,
Bahwa kamu sekarang akan melarikan diri dengan malu?
Di ambang pintu aku berada
dan bangun, ketika kamu menyelinap.
Disebabkan oleh kemabukan mereka,
mereka telah menuduh kami dengan berbagai macam tuduhan
dan oleh karena kemabukan kami
mereka tidak cukup lama berkata.