Page 26 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 26

tadi,  Jalu  segera  memakai  jaket  parasut  dan  keluar                           Lima menit….
            rumah.  Perhitungan  waktu  membuatnya  tergesa  dan                                Sepuluh menit….
            menyurutkan  sikap  awas.  Ketidakcocokan  otak  dan                                Lima belas menit….
            matanya membuat kakinya bergerak tanpa perhitungan,
            saat seekor katak kecil tiba-tiba muncul di pinggiran
            genangan air yang akan dilompatinya. Langkah yang
            tadinya  penuh,  releks  dikurangi  setengah.  Tak  ayal,
            kaki  kanannya  tercebur  ke  genangan  air.  Sialnya,
            genangan itu sedikit dalam, sehingga membuat syaraf
            kakinya berdenyut.
                “Lu,  enggak  papa?”  Suara  Utari  makin  membuat
            ngilu  hati  Jalu.  Rasa  gengsi  membuat  impulsif  Jalu
            urung berbalik. Tanpa menoleh ke belakang, Jalu tetap
            melangkah,  mengabaikan  rasa  nyeri  di  pergelangan
            kakinya.
                “Heh,  malah  melamun,”  suara  Ijad  menjawil
            kesadaran Jalu.

                “Eh,  sebentar  lagi  mau  nelpon  Abah,”  ujar  Jalu                           “Buruan atuh, mau tutup nih,” desak Ijad, tak sabar.
            sambil menoleh ke ponsel yang ada di genggamannya.                                  “Ih, sabar atuh. Sepertinya Abah sibuk, teu diangkat
                “Gimana kabar Mang Untara?” tanya Ijad, basa-basi.                          dari tadi,” timpal Jalu ikut merepet.

                Jalu  hanya  mengangkat  bahu.  Sejujurnya,                                     “Sudah malam. Banyak hantu. Hiiihihihi…,” suara
            dia  memang  tidak  terlalu  tahu  kabar  Abah.  Sejak                          Ijad mendenging. Mimiknya seolah ketakutan.
            kepergian  Abah,  dua  minggu  silam,  Jalu  tidak  selalu                          “Pelit!  Nunggu  sebentar  ge  enggak  seberapa,”
            bisa  menghubunginya.  Perbedaan  waktu,  kebiasaan,                            sanggah Jalu, tak mau kalah.
            serta kondisi Kampung Naga yang tak selalu ada sinyal
            membuat komunikasi mereka tersendat.                                                “Time is money. Jurig is scary!” kicau Ijad, cuek.
                                                                                                “Huh! Sok pakai bahasa Inggris segala. Ku bayar!”
                                                                                            sentak Jalu.

            18        Mengejar                                                                                             Cobaan Pertama  19
                                                                                                                                  Bab 2
                      Haruto
   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31