Page 23 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 23

buku  koleksi  Kazu,  termasuk  One  Piece,  Slam Dunk,  “Kehujanan atuh waktu motong,” ucap Jalu ketus.
 Fullmetal Alchemist, dan Thermae Romae Novae. Namun,   “Ya sudah kalau begitu mah, sabar dulu,” ujar Ambu
 hanya Desa Shirakawa yang benar-benar tertambat di   tetap dengan suara rendah.
 hati Jalu. Karena, menurut Kazu, desa tersebut mirip
 kampung halamannya.  “Tapi jam segini Abah sedang istirahat. Waktunya
               nelpon,” sergah Jalu.
 Hati  Jalu  melangut.  Sudah  seminggu  Abah
 meninggalkan  Kampung  Naga.  Selama  itu  pula   “Ya sudah, telpon saja,” saran Ambu.
 semangat  Jalu  belum  terpompa.  Matanya  yang  bulat   “Sudah  tahu  low  bat.  Belum di-charge.  Sinyalnya

 sempurna  dan  biasa  memancarkan  keceriaan  kini   juga lap lep,” sambar Jalu.

 meredup,  tanpa  selera.  Badannya  yang  tegap  atletis
 seolah layu, tanpa tenaga. Dia hanya berbaring malas di   “Eh, si anak Abah. Kangen ya. Manyun teroooos.”
 ruang tamu sambil memperhatikan rintik hujan yang   Utari  tiba-tiba  nyelonong  dan  mengacak  rambut  Jalu
 jatuh menyapa bumi.  yang tak rapi.
                   “Apa  sih?  Enggak  sopan!”  sergah  Jalu,  ketus.
 Berbanding  terbalik  dengan  kondisi  isiknya,
 mulut  Jalu  yang  sering  meluncurkan  gerutu,  makin   Kepalanya  menghindar  dari  tangan  Utari  yang  kian
 aktif mengomel.   brutal mengejar.
                   “Kamu  dari  tadi  manyun  wae.  Perih  telinga  saya

 “Kenapa  atuh, Jang?”  tanya Ambu.  Jalu  melihat   mendengar gerutuanmu!” Utari masih tidak mau kalah.


 Ambu  dan menggeleng-geleng.

                   “Balik  weh, sana! Enggak ada yang  nyuruh kamu







 “Sebal, Mbu.  Hujan terus  dari tadi,”  seru Jalu, ketus.


               mendengarnya,”  sergah  Jalu.

 “Mungkin sebentar lagi hujannya reda.”  Ambu







 menimpali.        Jalu  melihat  Utari diam saja, tak menanggapinya.



               Hati Jalu  makin panas  direndam amarah.




 “Enggak mungkin. Lihat  tuh, langitnya. Poek  kitu.   “Lagian  kenapa sih, enggak ada listrik di sini?






 Gelap sekali. Pasti masih lama,” ratap Jalu sambil berasumsi.
               Jalu  mau  menghubungi Abah  saja susah  sekali.  Harus


 “Kalau begitu, potong daun pisang saja, lalu berangkat   menyewa listrik buat  isi daya.”  Jalu  menggerutu.



 ke  atas,”  tukas  Ambu.  Jalu  melirik  tangan  Ambu  yang   Emosinya belum juga mau  turun.



 mengangsurkan sebilah pisau dapur kepadanya.
 14  Mengejar                                 Cobaan Pertama  15
                                                     Bab 2
 Haruto
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28