Page 22 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 22
buku koleksi Kazu, termasuk One Piece, Slam Dunk, “Kehujanan atuh waktu motong,” ucap Jalu ketus.
Fullmetal Alchemist, dan Thermae Romae Novae. Namun, “Ya sudah kalau begitu mah, sabar dulu,” ujar Ambu
hanya Desa Shirakawa yang benar-benar tertambat di tetap dengan suara rendah.
hati Jalu. Karena, menurut Kazu, desa tersebut mirip
kampung halamannya. “Tapi jam segini Abah sedang istirahat. Waktunya
nelpon,” sergah Jalu.
Hati Jalu melangut. Sudah seminggu Abah
meninggalkan Kampung Naga. Selama itu pula “Ya sudah, telpon saja,” saran Ambu.
semangat Jalu belum terpompa. Matanya yang bulat “Sudah tahu low bat. Belum di-charge. Sinyalnya
sempurna dan biasa memancarkan keceriaan kini juga lap lep,” sambar Jalu.
meredup, tanpa selera. Badannya yang tegap atletis
seolah layu, tanpa tenaga. Dia hanya berbaring malas di “Eh, si anak Abah. Kangen ya. Manyun teroooos.”
ruang tamu sambil memperhatikan rintik hujan yang Utari tiba-tiba nyelonong dan mengacak rambut Jalu
jatuh menyapa bumi. yang tak rapi.
“Apa sih? Enggak sopan!” sergah Jalu, ketus.
Berbanding terbalik dengan kondisi isiknya,
mulut Jalu yang sering meluncurkan gerutu, makin Kepalanya menghindar dari tangan Utari yang kian
aktif mengomel. brutal mengejar.
“Kamu dari tadi manyun wae. Perih telinga saya
“Kenapa atuh, Jang?” tanya Ambu. Jalu melihat mendengar gerutuanmu!” Utari masih tidak mau kalah.
Ambu dan menggeleng-geleng.
“Balik weh, sana! Enggak ada yang nyuruh kamu
“Sebal, Mbu. Hujan terus dari tadi,” seru Jalu, ketus.
mendengarnya,” sergah Jalu.
“Mungkin sebentar lagi hujannya reda.” Ambu
menimpali. Jalu melihat Utari diam saja, tak menanggapinya.
Hati Jalu makin panas direndam amarah.
“Enggak mungkin. Lihat tuh, langitnya. Poek kitu. “Lagian kenapa sih, enggak ada listrik di sini?
Gelap sekali. Pasti masih lama,” ratap Jalu sambil berasumsi.
Jalu mau menghubungi Abah saja susah sekali. Harus
“Kalau begitu, potong daun pisang saja, lalu berangkat menyewa listrik buat isi daya.” Jalu menggerutu.
ke atas,” tukas Ambu. Jalu melirik tangan Ambu yang Emosinya belum juga mau turun.
mengangsurkan sebilah pisau dapur kepadanya.
14 Mengejar Cobaan Pertama 15
Bab 2
Haruto