Page 57 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 57

“Saya  pesan  nanti  saja.  Belum  haus,”  kata  Jalu   “Mamang-mamang  di  depan  sekolah  kita  lebih
 menenangkan, saat pelayan kedai itu berlalu.   jago,” jawab Ijad tanpa memutus pandangannya pada
 Jalu tahu Ijad ingin memprotes. Namun, Jalu segera   layar ponselnya.


 membuka obrolan agar bisa fokus pada rencana utama.   “Apa  atuh? Dari tadi diprotes  terus! Tapi  enggak



 “Jad, saya ingin cari uang tambahan nih,” kata Jalu   ngasih solusi,”  sergah  jalu.



 mengalihkan pembicaraan.   “Konten weh, konten,”  usul Ijad.  “Lihat!”




 “Perlu uang tambahan, tapi ngajak ka? Kocak nih   Jalu  mendekat, memperhatikan layar ponsel milik


 anak!” sambar Ijad sambil tertawa.   Ijad.  Seorang  laki-laki berkacamata sedang  bercerita



 Jalu  tak  menanggapi.  Dia  malah  sibuk  dengan   tentang  pengalamannya mengunjungi makam keluarga.




 ponsel di genggamannya, mencari ide bisnis yang cepat   Selipan-selipan mistis  terasa kental di setia  kalimat


 menghasilkan uang.  yang  diucapkannya.  Laki-laki itu  bercerita seolah




               seorang  penyiar radio atau  reporter televisi untuk
 “Jadi, maksud kamu ngajak saya adalah …? ” tanya   siaranbola. Menggebu-gebu,antusias,danmeyakinkan.




 Ijad.         Sayangnya, konten itu  tidak disertai dengan gambar







 “Partner bisnis, dong,” kata Jalu spontan.   tangkapan layar hantu  yang  sedang  dibicarakannya.

               Acara tersebut  menjadi tegang  karena musik latar yang




 Mata Ijad berbinar. Jalu lega melihatnya. Mereka
 lantas tenggelam dalam diskusi. Bermodal ponsel, Jalu   dibuat  menyeramkan.





 mencari tahu peluang bisnis paling mudah, murah, dan   Jalu  tak habis  pikir, adik kelasnya ini senang  sekali





 menghasilkan banyak keuntungan.   menonton video-video cerita horor. Jika diperhatikan

               lebih  saksama, Ijad bisa berjam-jam menontoni konten




 “Jual  aksesoris  hp,  stiker  atau  jepit  rambut,   tersebut.
 rame  nih,  Jad,”  usul  Jalu  sambil  menunjukkan  layar





 ponselnya.        “Tah, pengikutnya banyak, Lu,”  kata Ijad memberi
               tahu.  Jalu  nyaris  terbahak-bahak.
 “Itu mah bisnisnya anak perempuan,” kata Ijad tak


 setuju.           “Katanya, jurig  is  scary?”  Sindir Jalu.  Jalu  melihat
               Ijad menyegir, malu-malu.


 “Bisnis makanan, Jad. Seperti makaroni, basreng,
 dan cilok?”
 48  Mengejar                                   Menggali Ide  49
                                                     Bab 5
 Haruto
   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62