Page 32 - qowaid
P. 32
QAWA’ID FIQHIYYAH
menjawab: “Saya akan berijtihad dengan ilmu saya dan saya
tidak akan mengesampingkan perkara itu. Lalu Rasulullah SAW
memukul dada sambal bersabda: “Segala puji bagi Allah yang
memberikan taufiq kepada utusan Rasulullah SAW kearah
sesuatu yang diridhoi Rasulullah.”
Prinsip-prinsip umum dalam membuat undang-undang
dan hukum pada periode ini dapat dikategorikan ke dalam
empat bagian:
1. Penetapan hukum secara berangsur-angsur dalam kurun
waktu 22 tahun beberapa bulan. Contoh: Hukum minum
minuman keras atau arak diturunkan dalam tiga
tingkatan.
2. Rasulullah menetapkan hukum sekedar keperluan saja.
Contoh: Nabi tidak mendirikan sholat terawih secara
berjamaah, karena beliau khawatir hal tersebut akan
difardhukan kepada umatnya.
3. Penetapan hukum yang sifatnya memudahkan dan
meringankan beban. Contoh: Adanya rukhsah buka puasa
bagi orang yang sakit dan musyafir.
4. Mensyariatkan hukum yang sejalan dengan kemaslahatan
manusia. Contoh: Pada awalnya Rasulullah melarang
ziarah kubur namun setelah itu beliau
memperbolehkannya dengan tujuan mengingatkan
kematian.
Di samping hal tersebut diatas, juga ada sebagian
hadits nabi yang dapat dikategorikan sebagai kaidah fiqh.
Antara lain:
ْ
.نامَّضلِاب ُجارَخلَا
َ
ِ َ
“Orang yang menikmati hasil sesuatu bertanggungjawab
atas resikonya.”
.رارض َ لَو ررَض َ لَ
َ َ ِ
َ َ َ
“Tidak boleh memudaratkan dan dimudaratkan.”
ُ
َ
ْ
َ
َ
.رَكْنأ ْ نم ىلَع ُنْيِمَيلاو يِعَّدملا ىلَع ةَن يَبلَا
ِ
َ
َ
َ
“Bagi yang penuduh (pendakwa) wajib membawa bukti,
sedangkan yang mengingkari (terdakwa) cukup
bersumpah”.
21