Page 117 - THAGA 2024
P. 117
Rina menggenggam tangan kiriku yang hangat dengan
kedua telapak tangannya. “Kak Gal maafin Rina, ya, sudah
buat gak nyaman. Apalagi Rina sudah lancang ngerecall masa
lalu Kakak. Sepertinya dalem banget, ya, Kak. Sekali lagi
Rina minta maaf, ya Kak.” Nada suaranya sungguh-sungguh
ditegaskan dengan tatapan mata penuh empati. Gesture
menggenggam tangan seseorang menunjukkan bahwa dia ada
dan akan menguatkan, bahasa tubuh yang bijak menurutku
dalam meminta maaf. “Rina cuman mau memastikan kalo Kak
Gal sudah selesei sama masa lalunya. Karena Rina pengen
jadi meteroid paling setia buat CX330.”
“Setia? Tau gak yang dikatakan Seneca, filsuf stoik asal
Romawi? Kesetiaan adalah kekayaan termulia di dalam kalbu
manusia.” Aku menatap matanya dalam, dibalas dengan
tatapan lembut dari manik mata cokelatnya yang berbinar bagai
kristal. Napas kami terdengar dekat menghempaskan sepi.
Hangat embusannya saling menyapa lembut kulit wajah kami
yang turut menghangat. Entah siapa yang memulai, kedua
mata kami saling menutup hingga melupakan daratan. Hanya
terdengar hembusan napas kami yang tak lagi berjarak. Bintang
bulan turut malu saat mencuri dengar. Beberapa pasang mata
muda mudi dan si A’war turut menjadi saksi apa yang terjadi.
Yang kami tau, ada bagian tubuh kami yang saling menyapa
dalam diam. Sesuatu yang sanggup membuka benteng hati dan
menyatukan jiwa. Hanya tersentuh tipis dan dilanjutkan dengan
ucapan parau para pejantan kala menaklukkan buruannya.
Sebuah ikrar berjumlah lima huruf yang penuh tipu daya bagi
mereka yang lalai meletakkan pada tempatnya. Yang efeknya
sanggup mengambil alih logika jadi hati.
Setelah itu, kami saling diam dengan berbagai kelindan
di pikiran masing-masing. Hanya terdengar suara napas yang
THAGA 109
GALGARA