Page 169 - THAGA 2024
P. 169
Sebelum bertemu klien selanjutnya. Aku mempersiapkan
diri dengan merapal do’a nabi Yusuf versi kuno yang ditatarkan
padaku oleh seorang kakek tua di goa Soekarno Alas Purwo
Banyuwangi. Dengan persiapan pertama mengucap Basmallah
lalu dalam hati aku ucapkan, “aku nabi Yusuf, suaraku nabi
Daud. Sak kerungune suaraku samio kasmaran, kang ngerayu
lungo teko. Pengasihan andeleng, bulengleng, celengleng.
Teko welas, teko asih si jabang bayi Nabila Putri Anjani.” Di kala
menyebut nama klienku, aku menghadirkan sosoknya dibenak.
Setelahnya aku memanggil ke empat saudaraku, sedulur
papat limo pancer yang dalam filosofi Jawa adalah empat roh
lain yang ikut lahir dan menyerupai wujud manusia sebagai
khodam leluhur atau pendamping yang berkaitan dengan
pelindung gaib. Dalam filosofi ngejawen, setiap orang dipercaya
lahir didampingi unsur-unsur yang sudah ada sejak dalam
kandungan. Dipercaya, sedulur papat limo pancer menjadi
teman gaib yang mendampingi dan melindungi ke manapun
kita pergi.
Mereka adalah Kakang Kawah, sebutan dari air ketuban
yang melindungi bayi dalam janin. Dalam proses kelahiran,
air ketuban keluar pertama kali, oleh karenanya disebut
sebagai Kakang, atau Kakak. Adi ari-ari, ini diberikan untuk
plasenta. Disebut adi, yang berarti adik dalam Bahasa Jawa,
karena ari-ari dikeluarkan setelah bayi dilahirkan. Getih, yang
dalam Bahasa Indonesia adalah darah. Ini adalah hal utama
yang menghidupi bayi dan ibu serta melindungi bayi dalam
kandungan. Puser, yaitu pusar atau tali plasenta. Ini merupakan
penghubung yang kuat antara ibu dan bayi sekaligus menjaga
kelangsungan hidup bayi dengan menyalurkan nutrisi makanan
selama dalam kandungan. Dan Pancer, yaitu tubuh atau wadah
yang merupakan pusat kehidupan manusia di dunia.
THAGA 161
GALGARA