Page 208 - THAGA 2024
P. 208
mobil saja. Kita langsung ke Matos saja.” Kami pun bergerak
cepat menuju parkiran.
“Ada apa, sih, Nab?” selidikku seraya melajukan kendaraan
ke arah Matos alias mal Malang Town Square.
“Itu tadi ada papa mama saya, Mas Gal. Bisa ditanya-tanya
nanti kalo keluar sama laki-laki lain. Soalnya jujur saya jarang
keluar sama laki-laki, Mas Gal. Selama ini semua sembunyi-
sembunyi kalo harus keluar sama temen laki-laki. Apalagi saya
bilang kalo kuasa hukum saya perempuan. Bisa ribet. Untung
tadi ada kereta lewat, jadi mata saya awas melihat rel.” Nabila
menghela napasnya sembari membuka tutup air mineral. “Ini,
Mas Gal minumnya. Pake sedotan, ya, maaf ... tadi acara
makannya keputus,” ucaapnya menyorongkan botol air mineral.
“Takut dikira aku selingkuhanmu, Nab? Oiya, tadi aku
gak liat anakmu, katamu anakmu sama mereka?” tanyaku
menyelidik seraya menerima botol air mineralnya.
“Bener, Mas Gal. Kalo anak dijaga sama mbak di rumah
biasanya kalo Papa Mama keluar,” dengusnya.
“Tapi sebenernya kamu bisa ngomong kalo aku temenmu,
Nab. Atau bilang saja ....”
“Gak bisa, Mas Gal,” potongnya, “saya yang lebih tau
bagaimana orang tua saya. Bagaimanapun sebelum palu
diketuk, status saya masih istri orang, kan, Mas Gal? Orang
tua saya penganut patriarki yang kental. Terutama ayah, sangat
menjaga anak perempuannya. Saya bisa disalahkan kalo
ketahuan keluar sama laki-laki lain.”
“Oke bisa dipahami.” Aku menatap wajahnya yang masih
seperti orang panik. “Emang menurut mereka selingkuh itu
kayak gimana, sih, Nab? Kan, cuman makan bareng kita?
Kecuali kepergok gak pake baju bareng.”
200 THAGA
GALGARA