Page 213 - THAGA 2024
P. 213
“Kalo sama beratnya itu artinya mertua dan orang tua
kandung tidak memihak dan menerima kalian berdua sebagai
anggota keluarga yang mendapatkan hak dan kewajiban yang
sama, Nab.”
“Oh, begitu, ya. Lalu apa lagi, Mas Gal? Saya, kok, gak
paham, ya, waktu itu, ternyata semua ada artinya, ya?”
“Ya ... itulah, Nab. Kadang banyak yang menikah tanpatau
dulu apa artinya. Kalo pas menumpahkan sebungkus uang
logam, beras, bunga dan sebagainya di atas pangkuan mempelai
perempuan itu tandanya ada transparansi pendapatan bagi istri
dari suami, untuk diserahkan kepada istri guna dimanfaatkan
dan dikelola. Eh, tanya lagi, deh, yang paling ribet saat menikah
dulu apa, Nab?”
“Ehm ... pas apa, ya, Mas Gal?” Matanya melirik ke kanan
atas. “Oh saya tau. Pas nyari seserahan, Mas Gal. Itu ribet
banget. Tapi sepulang honeymoon lebih ribet, sih, Mas Gal.
Soalnya sepulang honeymoon itu mulai ketemu sama yang
namanya tagihan bulanan, pembagian uang belanja, cicilan,
dan lain sebagainya. Karena hal itu teori cinta adalah anugerah
terindah berubah menjadi bisa bayar tagihan bulanan,” jelasnya
panjang.
“Nah, aku pernah belajar, ada lagi teori yang berubah
saat menikah, Nab, terutama buat lelaki. Katanya kalo dulu
orang tua mengajarkan untuk berjalan dan berbicara, kini istri
mengajarkan untuk duduk dan diam. Kata teori itu lagi, dua puluh
tahun pertama kita hidup diatur orang tua, tujuh tahun berikutnya
lelaki bebas, sisanya seumur hidup bertanggungjawab pada
anak istri, jadi lelaki merdeka hanya tujuh tahun saja. Itulah
yang aku pikirkan, lebih baik aku sendiri biar masa merdekaku
lebih lama. Dan itulah salah satu alasanku kenapa belum punya
pasangan atau crush katamu tadi.”
THAGA 205
GALGARA