Page 21 - THAGA 2024
P. 21
apa, aku sengaja menunggu Rina buka suara. Oh iya, aroma
teh hijau mirip Eau de Toilette milik maskapai Garuda.
“Oiya ini ada sedikit buah tangan buat Kak Gal,” ucapnya
sembari menyerahkan totebag warna cokelat rustic bertuliskan
Himlens Konditori Malang. “Isinya Kanelbullar, Kak. Ehm roti
kayu manis asal Swedia. Kak Gal harus cobain, resep asli loh,
Kak. Semoga suka.”
“Terimakasih Rin, repot-repot. Khas sini, ya? Aku terima,
ya. Sekali lagi terimakasih.” Baik sekali gadis ini. Minimal dia
tahu etika bertemu, saling bertukar buah tangan.
“Sama-sama, Kak. Makanan home made gini gak akan
Kakak temui di pusat oleh-oleh seperti di Brawijaya soalnya.”
Dia kembali mengulaskan senyum segaris yang manis. “Oiya
maaf sebelumnya. Kak Gal sudah baca pesan Rina?” tanyanya
dengan nada ragu.
Aku tetap memilih diam dan kini memandang ke depan
pada rimbunnya pepohonan, alih-alih menatap mata jelinya.
Hal ini untuk mengetahui apa keinginan klien lebih jauh.
“Bagaimana, ya, Kak. Rina takut?” Suaranya dipelankan
hampir seperti berbisik.
Aku kembali diam menikmati momen ‘dibutuhkan’. Sudah
lama tak menikmati rasa ini. Bagi sebagian lelaki menjadi
dibutuhkan itu sungguh menyenangkan. Namun, bukan itu
tujuanku, targetku membuat Rina merasa aman dan nyaman.
Sebab kesan yang baik belum cukup kuat membuat dia
merasa aman dan nyaman dengan kehadiranku sebagai orang
baru di dekatnya. Apalagi ini hal sensitif. Selalu ingat bahwa
hampir semua manusia menganggap orang yang tidak dikenal
sebagai ancaman.
THAGA 13
GALGARA