Page 23 - THAGA 2024
P. 23
“Saya bawa rokok sendiri.”
“Oke ... tunggu, Kak!” Tangannya memberi gestur di sini
saja.
Aku kembali menyeruput sisa kopi susu seraya memandang
jauh ke utara. Tampak indah julang Gunung Arjuna. Reflek, aku
menghirup udara segarnya. Entah mengapa hatiku mendadak
riang gembira, terbayang betapa pengertian dia.
Kami berjalan berdampingan bagai sepasang kekasih yang
pertama kali bercinta di luar angkasa. Luas alun-alun kami itari
setengah. Segenap pasang mata tampak iri memperhatikan
kami, mungkin karena Rina berpakaian cukup berani.
“Sedan hitam, Rin,” kataku ambil menunjuk sebuah Toyota
corolla altis hybrid keluaran tahun 2021 yang terparkir di depan
halaman masjid.
Smartlock kendaraan itu merespon dengan bunyi yang
khas. Aku pun membuka pintu depan kiri untuknya. Salah satu
etika yang sudah banyak dilupa. Benefitnya untukku adalah
memberi pesan gesture sopan dan gentleman.
Tanganku ringan membuka pintu. “Masuk, Rin!”
Dia mengangguk, “Terima kasih, Kak.” Senyumnya
terkembang cerah.
Suara pintu tertutup kedap. Kami sudah berada di tempat
aman sementara. Di depan kami terlihat warna-warni bianglala
yang memutar pelan tanpa manusia di dalamnya. Di belakang
agak ke samping kanan menjulang dua menara masjid yang
didominasi warna hijau. Barisan pohon palem tumbuh tegak
membentengi masjid An Nur yang berdiri sejak tahun 1.823
Masehi.
“Kita jadi mau kemana, Kak?” tanyanya sambil menegakkan
punggung.
THAGA 15
GALGARA