Page 333 - THAGA 2024
P. 333
bebas itu cukup ampuh juga untuk membuat perempuan
merasa empati. Naluri keibuannya muncul kala dihadapkan
dengan kisah-kisah sedih penuh manipulasi.
“Bisa, kok. Tiap orang punya masa lalu. Dan tiap orang
berhak atas masa depannya.” jawabnya singkat. Bagiku
jawabannya sejauh ini masih cukup memuaskan.
“Tapi apa bener perempuan sealim dan sesuci kamu mau
menyanding lelaki yang sudah gak perjaka?” Pertanyaan ini
mempunyai maksud untuk melihat apa perempuan itu masih
gadis atau tidak. Tinggal kita harus pandai memainkan pesan
tersirat dalam alam bawah sadarnya.
“Ya, bisa saja. Sekarang kalo pertanyaan itu dibalik. Misal
itu terjadi pada pihak perempuan, apa masih bisa lelaki itu
menerima perempuan yang sudah gak gadis? Apalagi kalo
perempuan itu ada bekasnya, kalo lelaki aman-aman saja
tanpa bekas.”
Jawabannya membuat darahku berdesir. Berdasarkan
pengalamanku yang gak pernah meleset. Dari situ saja aku
sudah tau bagaimana masa lalu perempuan ini.
Dan ini pertanyaan paling ngeri. “Misal, jika ternyata
lelaki itu adalah aku. Apa kamu masih mau mengenalnya?”
Jantungku berdegup kala melontarkan pertanyaan itu. Bagai
sebuah senjata pamungkas yang akan mempertaruhkan hidup
dan mati seseorang.
“Kenapa gak bilang saja langsung kalo itu memang kamu?”
tanyanya langsung menancap pada jantung. “Kita sudah sama-
sama dewasa, bukan? Seperti yang aku katakan. Setiap orang
punya masa lalu dan jodoh siapa yang tau. Aku juga gak sealim
dan sesuci yang kamu kira, kok. Aku masih manusia yang
artinya gak luput dari salah.”
THAGA 325
GALGARA