Page 346 - THAGA 2024
P. 346
“Yang penting sampaikan dengan bahasa Indonesia saja.
Kalo bahasa Arab nanti aku bisa cengo,” pintaku terus terang
yang dibalas dengan senyumnya. Lagi-lagi lesung pipi di pipi
kirinya mungkin sedang terbit tebakku andai tak tertutup cadar.
“Hal yang membuat aku insecure itu saat ini usiaku
sebenarnya tiga puluh dua tahun, akhir tahun nanti tiga puluh
tiga tahun. Ada rasa kayak, kok, gini, ya, cita-cita nikah muda
dari sejak SMP, qodarullah di umur sekarang belum bersatu
sama jodohnya.”
Aku memasang wajah serius. Menatap matanya dengan
seksama. “Sudah kuduga pasti ada sesuatu,” batinku.Namun,
ini menarik, ada tantangan, aku akan menggalinya.
“Pernah bertahan cukup lama dengan orang yang sama
dan niat menikah, sudah punya rumah bareng, keluarga besar
sama-sama udah tau semuanya. Entah apa tiap kali salat
istikhara jawabannya selalu tidak. Ada rasa ganjel tapi selalu
aku tepis, sampai akhirnya aku bener-bener minta Allah tunjukin
dan ternyata pasanganku selama ini adalah seorang homo.”
Dia menjeda, dari balik cadarnya, dia menghisap air mineral
langsung dari botol Equil.
Aku pun memanfaatkan kesempatan ini untuk menyeruput
kopi susu gula aren.
“Hancur-sehancurnya perasaan, kepercayaan, rasa dan
lainnya. Aku sempat alami fase depresi karena gak terima atas
segala-galanya. Hal ini yang pada akhirnya menimbulkan rasa
khawatir dan mulai gak percaya sama laki-laki. Rasionalku
benar-benar jalan. Logikaku benar-benar bermain saat bertemu
atau kenal laki-laki lagi.”
Aku menjeda pandangan dengan menyendok crombolini
yang viral. Masih tetap menajamkan rungu, aku menyimak
kisahnya.
338 THAGA
GALGARA