Page 423 - THAGA 2024
P. 423
banyak meninggalkan kejanggalan-kejanggalan yang
besar. Meskipun dikatakan bahwa dia sangat terkenal
dalam bidangnya, mungkin yang dimaksudkan disini
adalah ketenarannya yang buruk.
Bagi seorang ahli hukum, cara ia menangani
masalah Rina sangat jauh dari teliti, pasti, dan
aman dalam bingkai hukum itu sendiri. Dia hanya
menyelesaikan masalah kliennya melalui telepon,
tanpa perjanjian tertulis atau prosedur hukum yang
jelas, sehingga resiko-resiko yang tidak diinginkan bisa
saja terjadi ke depannya. Semua karakter dalam cerita
ini meresahkan, tetapi menurut saya, Galgara adalah
karakter yang paling meresahkan dan menjengkelkan
di antara mereka semua. Pria red flag yang berbalut
toxic positivity dan krisis identitas. Merepotkan, indeed.
Sedangkan dalam kasus Rina, penggambaran
permasalahannya terlalu remeh. Alih-alih menggali
lebih dalam tentang pemerasan sexual (sextortion)
dan kemungkinan-kemungkinan dampak yang
membahayakan bagi korban seperti gangguan
emosional dan psikologis, kerugian professional yang
berdampak pada karir korban, kejahatan lanjutan,
dan sebagainya. Penulis lebih menitikberatkan pada
kemolekan tubuh perempuan. Ini membuat saya
merasa tidak nyaman bagaimana penulis membuat
Galgara sebagai “pahlawan” atau “pelindung” Rina,
sementara di sisi lain Rina sendiri dijadikan objek
seksual oleh Galgara. Ini tidak hanya pendekatan yang
tidak etis antar pengacara -klien, tetapi juga antar pria
dan perempuan sebagai individu dan merendahkan
martabat Rina sebagai korban pemerasan seksual.
THAGA 415
GALGARA