Page 467 - THAGA 2024
P. 467
hidupku lebih bermakna.
Meski ada saja manusia yang memandangku jika di lubuk
hatiku yang terdalam, aku hanya memanfaatkan mereka untuk
memperkaya diriku sendiri. Mengeksploitasi musibah mereka
lalu menggorengnya sebagai korban yang harus ditolong.
Semua itu hanyalah untuk meraup keuntungan pribadi.
Memanfaatkan orang-orang berhati baik yang iba dan tersentuh
hatinya kala melihat penderitaan ibu hamil luar nikah dan bayi
gembil tak berdosa.
Bodoh amat dengan pandangan mereka. Selama aku
hidup, yang penting aku gak pernah nyalahi mereka. Prinsipku,
selama aku makan gak ikut mereka, gak perlu aku peduli
dengan omongan-omongan mereka. Yang penting aku sudah
melakukan sesuatu yang aku yakini bermanfaat buat diriku
dan sesama sebagai manusia. Dan yayasan yang aku kelola
semakin berkembang serta dirasakan manfaatnya bagi mereka
yang membutuhkan.
Kalau kata Romo KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen,
tirakat paling baik itu tirakat mempunyai hati yang baik. Buat
apa beribadah hedon tapi hatinya masih busuk. Jadi, terhadap
siapa saja manusia dengan segala keunikannya, aku gak akan
pernah mau terpengaruh. Aku akan tetap berusaha menjadi
baik meski berhadapan dengan setan berkedok manusia.
Betapa ajaibnya waktu, tak terasa sebelas bulan sudah aku
berjibaku dengan pekerjaan yang menjadi passionku. Sekarang
aku menemukan apa yang berharga untuk diriku. Kalo kata
orang Jepang, aku sudah menemukan Ikigai dalam hidup.
Benar kata pujangga. Jika seseorang berubah itu karena
dua hal, karena pikirannya terbuka atau hatinya terluka. Begitu
pun saat hatiku terluka karena direnggut oleh wanita, aku tak
THAGA 459
GALGARA