Page 516 - THAGA 2024
P. 516
“Silahkan duduk, Rin. Sekalian kamu minum dulu tehnya,”
pintaku tulus.
“Ih, Kak Gal. Jadi formal lagi gini. Kayak gak kenal siapa
Rina saja. Kakak kemaren kemana saja, sih? Tapi emang sibuk
banget, sih, kayaknya kalo liat yayasan kakak yang kayak gini,”
ujarnya yang mulai ceriwis. Rina segera duduk membawa map
berkas yang berisi identitas pribadi dan buku KIA.
“Bagaimana hasil check up terakhirmu, Rin? Kamu dan
bayinya sehat, kan? Cowok atau cewek si Dedek?”
“Cowok, Kak. Debayinya sehat. Kemaren, kan Rina tanya
dokter, kenapa kok, bagian itu Rina sakit gitu. Terus, kata
dokternya jangan banyak-banyak gituan, Kak. Padahal, itu
pekerjaan Rina. Lumayan loh, Kak, banyak pelanggan yang
fetishnya sama bumil gini.”
“Ya, Gak papa. Tapi kamu harus hati-hati, Rin. Sudah masuk
delapan bulan, ya? takutnya nanti kalo terlalu sering bisa-bisa
lahir prematur,” saranku.
“Aman, Kak. Udah sebulan ini Rina gak kerja, kok. Sampai
gatal rasanya punya Rina. Kak Gal gak mau bantuin Rina, kah?”
tanyanya sembari berdiri dan memindah kursi di dekatku. “Rina
kangen tau, Kak.” Tangannya merengkuh tanganku, kepalanya
rebah di pundakku.
Aku yang berada di posisi ini menjadi merasa terjebak.
Kalo semua perempuan yang pernah bersama pada akhirnya
memintaku, alamat bakal bingung untuk membaginya. Namun,
berhubung manusia sepertiku itu serakah, maka alih-alih
aku sadar diri. Malah aku harus mencari cara untuk tetap
memainkannya. Tetap semangat menjalani peran sebagai lelaki
brengsek dan bajingan, meski di titik ini aku sudah lelah.
“Rin, ini di kantor. Gak enak nanti diliat orang. Entar kita
508 THAGA
GALGARA