Page 531 - THAGA 2024
P. 531
Nabila tampak terlelap kala kendaraanku melintasi hutan daerah
Trawas. Hujan turun dengan derasnya, membuat suasana
jalanan terasa sepi. Pandanganku kabur kala hujan dan kabut
menutup jarak pandang. Udara dingin di luar membentuk kabut
yang menempel di kaca jendela. Suhu udara dalam kabin segera
aku turunkan agar kabut menghilang. Aroma petrikor segera
terhidu kala jutaan butiran air semakin deras menghujam tanah.
“Nab, bangun dulu. Bantu aku lihat jalan,” tukasku seraya
menggoyang lengannya.
“Hujan, ya, Mas? tanyanya seraya menegakkan punggung.
Jemarinya langsung meraih gawai untuk melihat pesan-pesan
yang masuk. Beberapa panggilan video yang terlewatkan pun
segera dia hubungi kembali. Dia melanjutkan video call dengan
ibunya.
Sesampai di hutan yang cukup gelap dan sepi, terdengar
suara motor 2 silinder tanpa nopol yang membelah suara
derasnya hujan. Kendaraanku disalipnya dengan kecepatan
tinggi. Lalu menghilang dari hadapanku. Aku segera menurunkan
laju kendaraan untuk lebih berhati-hati terhadap jalanan yang
mulai menyempit dan meliuk.
Pada jalur yang menanjak,jalanan terasa menghilang dari
depan kaca kendaraan. Dan tiba-tiba jalanan menurun. Terlihat
ada motor yang terjatuh di depan kendaraanku dengan satu
orang tergeletak. Kakiku pun segera menginjak pedal rem.
Nabila sampai tersentak dan menjatuhkan gawai yang ada di
genggamannya.
“Ada apa, Mas Gal?” tanyanya sembari memegang lengan
kiriku dengan kedua tangannya. Matanya melihat ke kaca
depan yang tersaput wiper.
THAGA 523
GALGARA