Page 526 - THAGA 2024
P. 526
mengantar Ester menuju rumah singgah dan melanjutkan
perjalanan menuju Malang. Akses jalan tol yang sudah propper,
membuat waktu tempuh menjadi lebih singkat. Sekeluar exit
tol Lawang, aku segera menuju hotel Niagara yang berada di
dekat pasar Lawang.
Dua tempat berdampingan ini menjadi ikon kota Malang.
Di mana pasar Lawang terkenal sebagai pasar buah dan sayur
yang murah, sehingga para pelancong yang melewati pasar
Lawang biasanya mampir untuk berbelanja. Sedangkan hotel
Niagara terkenal sebab menjadi bangunan bersejarah yang
dari urban folklore terkenal angker. Hotel seperti ini tuh bagus,
karena gak ada gigolo dan pelayan aplikasi ijo yang dateng
karena takut jika berbuat aneh-aneh di tempat creepy.
Setelah memarkirkan kendaraan, aku menuju kamar 305
tempat Nabila berada. Memang vibes hotelnya yang berdiri
sejak awal 1900 an ini terkesan spooky, layaknya gedung
tua jaman Belanda. Penyambutan pertama yang aku rasakan
adalah sejuknya udara khas bumi Arema yang merupakan
pegunungan. Dari jauh, bangunannya seperti kue ulang tahun,
untuk arsitekturnya bergaya kolonial dan seharusnya masuk
heritage building. Jendela dan pintu di sini tinggi, lantai dan
tangga dari marmer, langit-langit berbentuk kayu klasik, di
tiap sudut ruangan banyak barang antik dan kolonial, semakin
menjelaskan bahwa hotel ini vintage tematik.
Berharap suatu ketiga pengelola dan investor bisa
menjadikan hotel ini menjadi tempat foto prewedding, foto
pernikahan tradisional, tempat syuting film atau apapun itu
dengan menjual konsep retronya.
Aku menaiki lift dari kayu, yang pada tahun 1918 menjadi
satu-satunya di Asia Tenggara. Terus melangkah mengikuti
518 THAGA
GALGARA