Page 13 - E-MODUL BERORIENTASI PBL MATERI LAJU REAKSI
P. 13
Untuk setiap reaksi kimia, dibutuhkan energi minimum agar reaksi dapat
berlangsung, yang disebut sebagai energi aktivasi (Ea). Energi aktivasi bergantung
pada sifat reaksi. Pada reaksi yang berlangsung cepat, energi aktivasinya kecil.
Sebaliknya, pada reaksi yang lebih lambat berarti energi aktivasinya lebih besar.
Agar reaksi bisa terjadi, maka molekul-molekul zat yang bereaksi harus memiliki
energi kinetik di atas energi aktivasi. Energi aktivasi digambarkan sebagai
penghalang yang harus dilewati molekul reaktan untuk dapat membentuk produk.
Contoh: H2(g) + I2(g) → 2HI(g)
Misalkan molekul reaktan
digambarkan sebagai sebuah bola
yang terletak salah satu sisi kaki bukit.
Molekul harus memiliki energi cukup
untuk dapat melewati puncak bukit
(penghalang) dan menggelinding ke
∆H = -12,5 kJ
sisi yang lain membentuk produk. Jika
molekul tidak memiliki energi cukup, Gambar 8. Grafik energi aktivasi
maka molekul tersebut tidak mampu (Sumber: Kalsum, dkk., 2009)
melewati puncak bukit dan kembali menggelinding ke tempatnya semula sehingga
tidak akan terbentuk produk.
(a) Bola menggelinding ke bawah
karena adanya energi aktivasi
(b) Bola tidak dapat melalui bukit
karena tidak ada energi aktivasi
Gambar 9. Analogi dari energi aktivasi
(Sumber: Suwardi, Soebiyanto, & Widiasih, 2009)
3. PERSAMAAN LAJU REAKSI DAN ORDE REAKSI
Secara percobaan diketahui bahwa laju reaksi bergantung pada konsentrasi
reaktan. Hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi reaktan dinyatakan dalam
suatu persamaan yang disebut persamaan laju reaksi atau hukum laju reaksi.
Misalkan suatu reaksi memenuhi persamaan reaksi berikut.
pA + qB rC + sD
Persamaan laju reaksinya dinyatakan sebagai berikut.
x
y
r = k [A] [B]
Keterangan:
r = laju reaksi (M/detik)
k = tetapan laju reaksi
9