Page 78 - EBOOK_Peribahasa Jawa Sebagai Cerminan Watak Sifat dan Perilaku Manusia Jawa
P. 78

Sehubungan dengan itu, nilai gotong royong terus dipelihara dengan
         tujuan mengurangi kepesatan pandangan individualisme liberal (Koentja-
         raningrat,  1984: 435--446). Selain itu, prinsip dasar yang dicatat Magnis-
         Suseno ( 1984)  adalah prinsip hormat.  Prinsip  itu menekankan agar ma-
         nusia dalam cara berbicara dan membawa diri selalu menunjukkan sikap
         hormat terhadap orang lain (1984:  38).
            Persoalannya  sekarang,  bagaimana  aktivitas  dan  orientasi  budaya
         manusia Jawa itu tersublimasi secara determinatif ke dalam konsep-kon-
         sep  batin dan  perilaku  manusianya.  Persoalan  ini  yang  kemudian perlu
         diajarkan dengan pemahaman secara mendasar tentang watak, sifat, dan
         perilaku manusia Jawa.

         4.4 Konsep  Watak Manusia Jawa
            Pengertian konsep watak dititikberatkan pada dasar-dasar pikiran dan
         intuisi  manusia  dalam  melakukan  sesuatu.  Watak  dalam  diri  manusia
        Jawa lebih terarah kepada sesuatu yang telah berada dalam diri manusia
         tersebut.  Wisdom dalam pengertian Barat, merupakan konsep watak bagi
         pengertian di  Indonesia.  Namun demikian,  konsep  ini  tampaknya perlu
         dijelaskan secara lebih tegas,  terutama adanya watak dalam diri manusia
        jawa.
            Seperti telah dikemukakan di muka, konsep kebudayaan Jawa adalah
         konsep kebudayaan batin. Dalam batin manusia Jawa tersarang jiwa yang
         mengatur secara keseluruhan ide, gagasan untuk aktualisasi diri manusia
         tersebut.
            Konsep dari dalam diri manusia Jawa,  yang  sering dalam beberapa
         pelajaran hidup manusia Jawa dinamakan dengan jagad cilik. Bagian ter-
         kecil darijagad cilik manusia adalah watak. Penjabarannya terletak pada
         pola  bahwa  watak  manusia  Jawa  adalah  sesuatu  yang  bersifat  genetis,
         sesuatu yang ada pada diri manusia sebelum terjadinya pengaruh dari luar
         dan lingkungan manusia yang  lain dalam hidup bermasyarakat.
             Dari  kondisi  ini  watak dalam pengertian manusia Jawa  tidak  dapat
         dibentuk seperti halnya sifat dan perilaku. Watak manusia itu hadir ber-
         samaan dengan  roh  manusia  tersebut.  Menurut  istilah  Freud  adalah  id-
         ego  (Sindhunata,  1983:  53).  Id-ego  inilah  yang  kira-kira  sama  dengan
         istilah Jawa sebagai  watak atau watek manusia.


         70
   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83