Page 75 - EBOOK_Peribahasa Jawa Sebagai Cerminan Watak Sifat dan Perilaku Manusia Jawa
P. 75

suatu  yang  baik.  Akan tetapi,  sebenamya ada  perbedaan antara  konsep
    Hindu  dan Jawa  tentang  perbuatan rnanusia.  Dalarn konsep Jawa. buah
    perbuatan  manusia  itu  hanya  terbatas  pada  diri  sendiri.  Dalarn  karma
    phala agarna Hindu,  hal  yang dituai  itu bisa rnerupakan hasil  perbuatan
    nenek moyangnya.
        Serat  Wulang  Reh, karya  Paku  Buwono  IV  dan Serat Wedhatama,
    karya  Sri  Mangkunegara IV merupakan panutan atau  pedornan  dan  pe-
    tunjuk bagi manusia Jawa.  Dalam Serat Wulang Reh terdapat ajaran Jawa
    yang paling hakiki,  seperti berikut ini.
    I.  Orang hidup perlu rnempunyai pengetahuan.
    2.  Orang harus bernsaha ke arah perbuatan-perbuatan baik.
    3.  Orang tidak boleh berbuat jahat
    4.  Baik buruknya perbuatan dapat dilihat dari sepak terjangnya.
    5.  Orang harus rnemuja terhadap yang wajib dipuja.
    6.  Mengabdi adalah perbuatan utama.
    7.  Orang tak boleh rnengejek dan mengungkap keburukan orang lain.
    8.  Orang hams bertindak-tanduk yang  layak dan tepat.
    9.  Orang harus rnkun dalarn persaudaraan.
    10.  Baik buruknya rnenerirna atau tidak menerima nasib.
    11 .  Ajaran  bagairnana  sebaiknya  pegawai  pemerintah  bersikap  dan
        bertindak.
    12.  Penjelasan  tentang  dijadikannya  apa  yang  dicita-citakan  sebagai
        teladan.  Doa serta puji  bagi  anak-anak.  (Hardjowirogo,  1989:  72--
        73).

        Serat  Wedhatama  berisi  ajaran-ajaran  dan  petuah-petuah  dengan
    tujuan  agar  orang  Jawa  mencontoh  perbuatan  bail:  dari  Panembahan
    Senapati,  yaitu rnelatih  diri  mengurangi  hawa nafsu,  bertapa,  menyepi,
    dan rnenyenangkan sesama (Hardjowirogo, 1989: 80).  Dalam Koentjara-
    ningrat (1984:  435),  perbuatan bail:, moral, dan budi  pekerti  selalu di-
    hubungkan dengan nasib, meskipun penuh keoptimisan dan ikhtiar untuk
    dapat  hid  up  tenang.
        Begitu juga dengan  persoalan tapa.  Banyak sarjana-sarjana peneliti
    kejawaan  telah  menyinggung  tentang  hal  itu.  Selain  pendapat  de  Jong
    yang  sudah  dikemukakan  di  depan,  pendapat  lain  adalah  dari  Magnis


                                                                   67
   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80