Page 19 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 19

UCAPAN TERIMA KASIH













             enih-benih proyek ini disemai selama fellowship tiga tahun di Leiden dan
         Bakhirnya berkecambah tak jauh dari Nassau Street, Princeton. Sebagian
          dari gagasan-gagasannya, yang diubah atau dielaborasi sejak saat itu, telah
          muncul  dalam  beragam  kesempatan  selama  tujuh  tahun  silam,  khususnya
          dalam  beberapa  seminar  yang  diselenggarakan  di  Oxford  dan  Bogor  pada
          2005, UCLA pada 2006, Tokyo dan Kyoto pada 2007, dan Amsterdam pada
          2008. Walaupun begitu, proyek ini secara keseluruhan tetap tertutup dari
          pandangan, termasuk pandangan saya sendiri, selama beberapa waktu.
              Saya  merasa  berterima  kasih  kepada  banyak  pihak  untuk  dukungan,
          pertanyaan, dan dorongan mereka. Pertama-tama saya ingin mengucapkan
          terima kasih kepada mantan Direktur International Institute of Asian Studies,
          Wim Stokhof, dan stafnya yang penuh semangat untuk sebuah awalan yang
          sangat bagus. Secara khusus, saya berterima kasih kepada para kolega saya
          dalam  proyek  “Islam  in  Indonesia”,  yang  difasilitasi  oleh  Institute  dengan
          pendanaan  dari  Akademi  Ilmu-Ilmu  Sosial  Kerajaan  Belanda  (KNAW):
          Nico Kaptein, Kees van Dijk, Martin van Bruinessen, Moch. Nur Ichwan,
          dan Noorhaidi Hasan. Yang juga membantu adalah Jan Just Witkam, Hans
          van de Velde, dan Arnoud Vrolijk di perpustakaan Universitas Leiden, dan
          banyak kolega saya yang baik hati di Lembaga Kerajaan Belanda untuk Kajian
          Asia  Tenggara  dan  Karibia  (KITLV)—Henk  Schulte  Nordholt,  Willem
          van der Molen, Tom van den Berge, Rini Hogewoning, Jaap Anten, Lam
          Ngo, Liesbeth Ouwehand, Peter Boomgard, dan David Henley—di bawah
          bimbingan  merekalah  potongan-potongan  terakhir  buku  ini  menjadi  jelas
          pada 2009.
              Belanda juga menjadi sebuah tempat yang lebih hangat dan cerah berkat
          persahabatan Rosemary Robson di Leiden, Jaap Plugge dan Karla van Boon
          di Westzaan, serta Luitgard Mols dan Harold Abu Bif  di Den Haag. Begitu
          pula,  Princeton  merupakan  sebuah  ladang  yang  kaya,  dan  saya  berutang
          budi kepada para kolega saya sekarang maupun pada masa lalu, khususnya
          James McDougall, Helen Tilley, Michael Gordin, Angela Creager, Sheldon
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24