Page 17 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 17

xvi  —   SEJARAH ISLAM DI NUSANTARA


          memperluas cakupan aktivitas Islami melampaui jangkauan istana-istana yang
          semakin terpinggirkan. Secara khusus bab ini memeriksa implikasi praktis
          penggunaan pers litograf s oleh beberapa persaudaraan mistis dengan koneksi
          Mekah yang lebih baru.
              Bagian kedua dari buku ini, sebaliknya, berkenaan dengan pengalaman
          paralel jangka panjang Belanda (dan, hingga tingkat tertentu, Inggris) dengan
          Islam  di  Asia Tenggara,  dengan  memberikan  penekanan  yang  setara  pada
          berbagai  interaksi  di  Hindia  dan  cara  interaksi-interaksi  ini  dipahami  di
          metropolis. Bab 4 berfokus pada berbagai gagasan yang sangat kabur mengenai
          Islam  yang  terbentuk  selama  pelayaran  pertama  pada  1590-an,  dengan
          menekankan  posisi  Protestantisme  dalam  mengembangkan  pemahaman
          mengenai Islam dan hubungan problematisnya dengan VOC.
              Dengan menurunnya imperium-imperium perdagangan pada pengujung
          abad kedelapan belas, Bab 5 mengkaji berbagai perubahan yang terbentuk
          pada abad kesembilan belas di bawah pengaruh budaya ilmu pengetahuan
          yang baru dan konsep baru mengenai imperium yang dikembangkan oleh
          pemerintah  Den  Haag  dan  Batavia.  Berbagai  perkembangan  intelektual
          ini mengakibatkan upaya yang kian aktif dari kalangan orang-orang Barat
          dalam  mengukur  dan  memahami  bagaimana  Islam  diorganisasikan  di
          Nusantara. Mereka juga berusaha untuk mendidik para pejabat mereka untuk
          mempelajari  bidang  Hukum  Islam  sebagai  persiapan  penempatan  mereka
          di  lapangan.  Usaha  keras  untuk  menunjukkan  pembingkaian  yang  paralel
          terhadap Hindia sebagai sebuah ladang misi penting dalam membentuk dan
          kadang menantang upaya-upaya kolonial ini dipaparkan di Bab 6.
              Setelah menjelaskan dua alur utama sejarah Indonesia—alur Islam dan
          Kolonial—buku ini beralih ke per empat ketiga yang membicarakan berbagai
          implikasi berkelindannya kecendekiawanan pribumi dan Belanda mengenai
          pertanyaan  tentang  agama.  Di  sini,  fokus  kita  adalah  kepada  Snouck
          Hurgronje  serta  jaringan  sekutu  dan  informannya.  Kita  akan  menyelidiki
          aktivitas mereka secara mendetail dan dalam periode waktu yang agak singkat
          karena berada dalam hitungan tahun, bukannya dekade atau abad.
              Bab  7  bermula  dengan  berbagai  intervensi  Snouck  Hurgronje  dalam
          bidang kajian ini di Belanda, berbagai kritiknya terhadap serangan yuridis
          dan misiologis atas ortopraksi Islam di Hindia, serta persekutuannya dengan
          mereka yang dianggapnya memiliki penafsiran yang lebih terdidik mengenai
          Islam. Oleh karena itu, pandangan-pandangan tersebut disokongnya sebagai
          sesuatu  yang  menguntungkan  bagi  kesejahteraan  publik  yang  saat  itu
          masih berupa Hindia Belanda.  Secara khusus bab ini akan membicarakan
          ketidaksukaan  Snouck  dan  para  sekutunya  terhadap  beragam  mistisisme
          populis yang oleh para guru muslim pesaing—yang tidak terlalu peduli pada
          hukum—dapat digunakan untuk tujuan mereka sendiri.
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22