Page 265 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 265

244  —  MASA LALU SUFI, MASA DEPAN MODERN


          daftar orang-orang Arab yang dicurigai digunakan Inggris untuk menghalangi
          gerak  bebas  orang-orang  Irsyadi  ke  Hadramaut.  Dalam  daftar  ini,  Inggris
          menggambarkan  Bin  Syahab  sebagai  “orang  Arab  yang  pertama-tama  dan
          paling bisa diandalkan serta setia di Jawa”.  Setelah Perang Dunia Pertama,
                                              15
          W.H. Lee Warner di Singapura masih membacakan sebuah ceramah panjang
          yang sejalan dengan persepsi sayyid mengenai peran mereka yang seharusnya
          dalam mengarahkan Islam di Nusantara. TKNM, “meski tak dapat diragukan
          merupakan langkah cerdik”, telah gagal. Sementara itu, kekerasan lain bisa
          ditunjukkan sebagai akibat kelaparan (sebenarnya ditimbulkan oleh blokade
          Inggris pada masa perang terhadap Hindia yang netral) “orang-orang pribumi
          pada masa tekanan nasional yang menyedihkan”.

              Andai materi semacam itu ditimbulkan oleh pengaruh murni Islam fanatik—tipe
              “jehad”—atau oleh pengaruh (yang kurang murni secara keagamaan, tetapi sama-
              sama gilanya karena berusaha memanaskan keadaan) orang-orang Arab terdidik
              yang unggul yang didukung oleh para agen penghasut Eropa, yakni ... oleh sang
              Said dengan api keagamaannya atau oleh sang Sjech tak bermoral, yang didukung
              oleh emas Jerman, pesta pembunuhan akan terjadi di mana-mana di seluruh bagian
              penduduk Belanda, terutama ketika kekuatan militer dan angkatan laut Belanda
              setempat sepenuhnya disusupi—sebagaimana yang terjadi—oleh kecenderungan
              Bolsyevik.  Oleh  karena  itu,  Belanda  tampaknya  bertekad  untuk  mengurangi,
              sebisa mereka, kekuatan unsur-unsur Arab (untuk memengaruhi pribumi di titik
              paling  rentan  seorang  muslim,  agamanya),  dengan  memanas-manasi  berbagai
              perselisihan antarkelas Arab, terutama perselisihan-perselisihan yang muncul dalam
              program Al Irsyad. Belanda seperti halnya orang-orang Arab pendukung gerakan
              ini, merujuk pada “penghapusan berbagai perselisihan kelas yang lama”, bukan
              dengan sebutan yang sebenarnya, yakni memanas-manasi berbagai perselisihan itu
              hingga titik bakar sekadar dengan upaya untuk menghapuskannya. Pemerintah
              Belanda sangat mengetahui bahwa tak ada seorang Said pun akan menyerahkan
              hak-hak istimewanya tanpa pertarungan sengit.
              Lee Warner, yang tidak menyadari kemungkinan bahwa Inggris sendiri
          yang  memanas-manasi  perselisihan  tersebut,  kemudian  menuduh  Hazeu
          “yang tergila-gila pro-Jerman” telah “melacurkan pengetahuannya yang tak
          diragukan  mengenai  berbagai  perkara  Islam”  untuk  membantu  Manqusy
          dalam “rencana-rencana anti-Inggris”-nya dan demi “mempermalukan orang-
          orang  Islam  penyokong  Inggris  yang  paling  hangat”.  Padahal,  tugas  sejati
          Hazeu  sebagai  seorang  pejabat  Belanda  seharusnya  “untuk  menenangkan,
          bukannya membantu perkembangan, berbagai potensi ledakan”. 16
              Bisa dinyatakan bahwa, pada 1919, Belanda dan Inggris telah memulai
          dua jalur sangat berbeda dalam memerintah rakyat Muslim mereka. Secara
          garis besar, Inggris lebih menyukai bantuan kelompok elite tepercaya dari masa
          lalu, sementara Kantor Urusan Pribumi dan negara Belanda (yang memilih
   260   261   262   263   264   265   266   267   268   269   270