Page 266 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 266

PENGERASAN DAN PERPISAHAN  —  245


               mengikuti  Kantor  tersebut)  mengalihkan  harapan  kepada  para  pemimpin
               berbagai organisasi baru seperti Muhammadiyah, al-Irsyad, dan berbagai badan
               seperti Jong Java dan Jong Sumatranen Bond untuk bertindak sebagai katup
               pelepas bagi uap nasionalis. Baru belakangan Inggris sepenuhnya menyadari
               seberapa jauh kebijakan-kebijakan mereka telah terputus oleh berbagai intrik
               Sayyid Bin Syahab dan Bin ‘Aqil. Namun, berbagai ramalan ‘Alawi tampaknya
               menjadi kenyataan ketika Hazeu dipaksa keluar pada 1920. Adapun W.N.
               Dunn di Batavia sangat optimis akan masa depannya di koloni, kalau bukan
               Akademi, tempat dia mengklaim bahwa sang mantan penasihat pastinya akan
               menemukan “peluang besar untuk menanamkan teori-teori berbahayanya ke
                                                                       17
               dalam pikiran generasi masa depan para pejabat kolonial Belanda.”  Dia juga
               melampirkan transkrip diskusi pada 29 Agustus 1919 antara Bin ‘Aqil dan
               Ajun Penasihat Schrieke yang diberinya pengantar dengan sebuah komentar
               mengenai para penasihat, yang “semula bermaksud melayani Pihak Berkuasa
               setiap kali muncul persoalan yang pelik mengenai agama”:
                    Penasihat seharusnya adalah orang terpelajar, bukan politisi. Hazeu melangkah
                    terlalu  jauh  dan  turut  aktif  berperan  dalam  urusan-urusan  pribumi  dan
                    Arab. Dia berhasil memperoleh kepercayaan Gubernur Jenderal, yang sangat
                    tidak  berpengalaman  dalam  urusan-urusan  oriental  dan  sangat  mudah
                    teperdaya oleh kepandaian sang pakar. Kontak langsung yang seharusnya ada
                    antara  pemerintah  dan  eksekutif  sudah  putus.  Nasihat  Hazeu  lebih  disukai
                    ketimbang nasihat para Residen atau Direktur Pamong Praja dan, terdorong
                    oleh keberhasilannya, dia melangkah begitu jauh hingga mencampuri urusan-
                    urusan  lokal  di  berbagai  distrik,  sepenuhnya  mengabaikan  para  pajabat
                    yang  berwenang,  yang  otoritasnya  dihancurkan  ....  Di  mata  Hazeu  yang
                    berkecenderungan  “etis”,  semua  yang  dilakukan  pribumi  adalah  baik  dalam
                    dirinya  sendiri,  atau  setidaknya  bisa  dimaafkan.  Namun,  peristiwa  Koedoes
                    [sic]  mengguncang  kepercayaan  Gubernur  kepada  Penasihat-nya,  dan  sejak
                    saat itu pengaruh Hazeu mulai memudar. Ada anggapan bahwa pengetahuan
                    teoretis  sang  “Penasihat”  tidak  bisa  mengalahkan  pengalaman  orang  yang
                    berada di lapangan. Berbagai tindakan lebih keras diambil baik terhadap para
                    “pembaharu”  politik  Eropa  maupun  pribumi,  dan  pendirian  sang  Penasihat
                    perlahan mulai tak bisa dipertahankan. 18

                    Dunn  pastinya  terkekeh  ketika  dia  membaca  tanya-jawab  Schrieke
               dan Bin ‘Aqil, saat yang pertama konon terdiam menanggapi jawaban pihak
               kedua mengenai kurangnya dukungan kalangan elite Arab untuk Belanda. Ini
               adalah persoalan “simpati”, kata Bin ‘Aqil, bertanya (di antara hal-hal lain)
               apakah  orang-orang  Arab  pernah  “berusaha  mengangkat  senjata  melawan
               orang Belanda”; atau “berusaha menciptakan revolusi atau bahkan turut serta
               bersama orang-orang pribumi dalam kegiatan revolusioner mereka”; apalagi
               “membentuk perkumpulan rahasia dengan tujuan menghancurkan kedamaian
   261   262   263   264   265   266   267   268   269   270   271