Page 269 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 269

248  —  MASA LALU SUFI, MASA DEPAN MODERN


              Barangkali  akan  lebih  adil  jika  dikatakan  bahwa  dia  sangat  tidak
          tertarik pada berubahnya sifat rezim yang akan berkuasa selama dua dekade
          lagi, sementara kebangkitan kembali Wahhabiyyah akan memberi amunisi
          tambahan  bagi  para  sayyid  yang  menentang  al-Irsyad  dan  bagi  banyak
          pembaharu yang bersekutu dengan mereka. Perselisihan ini akhirnya menjadi
          begitu  panas  sehingga  Schrieke  ditugaskan  mengawasi  konf ik  tersebut  di
          surat kabar serta menyusun sebuah laporan mengenai negara Hasyimi yang
          tengah berjuang yang umumnya didukung oleh para sayyid. 20



          ISLAM DI BAWAH SEBUAH NEGARA INTOLERAN

              Jabatan  Penasihat  untuk  Urusan  Pribumi  menyiratkan  bahwa  seseorang
              memberi Pemerintah—Hindia Belanda dengan demikian Gubernur Jenderal—
              nasihat mengenai segala urusan, jika Gubernur Jenderal berkenan menerimanya.
              Apalagi pada hari-hari yang berhubungan dengan gerakan nasionalis dan segala
              manifestasinya  serta  berbagai  urusan  yang  sepenuhnya  muslim.  Kita  bisa
              membayangkan  bahwa  seorang  gubernur  jenderal  dengan  pemahaman  dan
              simpati terhadap nasionalisme menganggap patut menerima nasihat demikian,
              sementara, di sisi lain, seorang gubernur jenderal lain, yang menganggap bahwa
              cara  kerja  yang  tepat  adalah  dengan  menjalankan  negeri  ini  sebagai  sebuah
              negara  polisi  sehingga  tidak  akan  merasa  perlu  berkonsultasi  dengan  sang
              penasihat. Pada masanya sebagai penasihat, Gobée mengetahui kebenaran hal
              ini. Secara pribadi, dia selalu mendapat kepercayaan dari penduduk pribumi.
              Orang kaya maupun miskin tahu cara mendatangi kantornya. Dia selalu siap
              untuk mendengarkan keluhan dan cerita mereka untuk membantu mereka pada
              masa-masa sulit atau menunjukkan jalan bagi mereka.  (R.A. Kern, obituari
                                                         21
              untuk E. Gobée, 1954)
          Sejauh ini kita sudah mempertimbangkan berbagai tindakan yang diambil
          di Leiden, di bawah Snouck, menuju institusionalisasi kajian Islam. Tujuan
          Snouck adalah membekali para pejabat dengan sebuah pengetahuan dasar yang
          kukuh mengenai bahasa, hukum, dan mistisisme agar mereka bisa berperan
          sebagai  penyokong  yang  murah  hati  terhadap  hak-hak  pribumi  di  negara
          kekuasaan Belanda. Snouck hanya mampu menghasilkan beberapa salinan
          pucat dirinya karena bekerja melawan arus resmi. Yang berbaris mengadang
          dirinya dan para pakarnya adalah para kritikus tangguh yang percaya bahwa
          kaum Etisis telah melahirkan mimpi buruk yang mengancam imperium tropis
          mereka. Dalam sebuah esai tuduhan yang melantur dan mengambil judulnya
          dari De stille kracht—(Kekuatan Tersembunyi), novel karya Louis Couperus
          mengenai ketakutan akan Islam dan orang-orang pribumi—mantan Konsul
          Jeddah yang sakit hati, Henny, menyiarkan berbagai spekulasinya yang dulu
          diabaikan  mengenai  Syattariyyah  sebagai  bukti  bahayanya  nasionalisme
   264   265   266   267   268   269   270   271   272   273   274