Page 41 - EBOOK_Renasans Jogja
P. 41

akan selalu digelisahkan oleh       ada malaikat yang mengiringinya     “Sesekali jangan Bapak yang
               keinginannya. Kedamaian berasal     ketika bersalaman dengan Presiden.   bertanya,” kata Basiyo, tetap datar
               dari, dan ada, dalam batin. Karena   Ia berbincang begitu santai dengan   suaranya. Dingin. Tanpa ekspresi.
               itu kita tak akan pernah menemukan   Presiden. Wajahnya tetap datar.    “Biar saya yang kasih tebak-tebakan
               ketika mencarinya di luar batin kita   Dingin. Tanpa ekspresi.          buat Bapak. Nanti kalau berhasil
               sendiri. Basiyo Sang Bodhosatva                                         menebak, saya kasih sepeda. Bukan
               telah memahami itu semua. Sebagai   “Apa kabar, Pak Basiyo?” Presiden   sepeda onthel. Sepeda roda tiga, Pak.
               pelawak legendaris. Juga sebagai    ramah menyapanya.                   Lumayan buat cucu Bapak.”
               manusia.
                                                   “Biasa-biasa saja, Pak.”            Ketika yang hadir tertawa, Basiyo
                                                                                       tetap biasa-biasa saja. Telinganya
               DAN surat itu datang. Dari Istana   “Saya dengar Pak Basiyo ini sudah   yang lebar bergerak-gerak, tetapi
               Presiden. Pemerintah hendak         tidak menderita lagi, ya?”          mulutnya tak pernah tersenyum,
               memberikan Bintang Mahaputera                                           tahi lalat besar di samping kanan
               Utama, yang akan diserahkan         “Puji syukur, Pak Pak Presiden.     hidungnya seperti biji sawo
               langsung oleh Presiden. Bahwa       Cuma ya kadang-kadang, Syukur       ditempelkan, membuatnya semakin
               pelawak dianggap berjasa luar       yang nggak terpuji. ” Wajahnya tetap   terlihat lucu justru karena tak ada
               biasa dalam menjaga keutuhan,                                           ekspresi apa pun. Dingin. Datar.
                                                   datar. Dingin. Tanpa ekspresi.
               kelangsungan dan kejayaan Bangsa
               dan Negara, sudah tentu sangat luar                                     “Mau tanya, Pak…”
                                                   “Kalau Pak Basiyo sudah tidak lagi
               biasa. Kabarnya, Presiden juga akan   merasakan penderitaan, berarti
               memberi Basiyo gelar Pahlawan                                           “Silakan.”                            41
                                                   kinerja pemerintahan memang
               Anumerta, karena dianggap berjasa
                                                   berhasil mengubah nasib rakyatnya.
               menjaga nilai-nilai luhur dan       Rakyat sudah tidak lagi menderita.”  “Kenapa Bapak suka pake baju
               budaya.                                                                 putih?”

                                                   “Benar, Pak, rakyat sudah tidak
               “Sudah saatnya memang, negeri                                           “Ya biar santai, ndak sumuk…”
                                                   lagi menderita, tapi sudah sangat
               ini mempunyai pahlawan seorang      menderita.” Basiyo mengucapkan
               pelawak,” kata  Cak Kartolo, pelawak   itu dengan tetap datar, begitu wajar,   “Salah, Pak. Yang benar, kalau Bapak
               senior, ketika dimintai komentar                                        pake kain putih-putih, nanti dikira
                                                   sewajar ia bernafas. Dingin. Tanpa
               oleh majalah Tempo, “Meski pun                                          pocong.”
               hanya Pahlawan Anumerta.”           eskpresi.
                                                                                       Presiden terpingkal-pingkal. Semua
               Mengenakan baju lurik, blangkon     Presiden tergelak dan menepuk-      tertawa. Basiyo bergeming datar
                                                   nepuk bahunya.
               dan celana komprang hitam,                                              seperti lantai poselin.

               Basiyo dipersilahkan ke panggung
                                                   “Sekarang, apa yang Pak Basiyo
               kehormatan. Beberapa orang yang                                         “Mungkin Pak Basiyo bisa cerita,
                                                   inginkan?”
               menghadiri acara itu kemudian                                           kenapa Pak Basiyo tak bisa
               selalu mengenang, betapa Basiyo                                         tertawa dan sedih lagi. Pak Basiyo
                                                   “Yang jelas, saya tidak ingin sepeda,
               terlihat begitu bersahaja, wajahnya                                     mendapatkan kehormatah Bintang
               tak sedih tak gembira, biasa-biasa   Pak.”                              Mahaputera Utama, karena Pak
               saja, hanya seperti ada cahaya lembut                                   Basiyo ini rakyat yang patut
               yang melingkari kepalanya, seakan   Semua tertawa dan tepuk tangan.     dicontoh. Rakyat teladan. Rakyat
                                                                                       yang baik. Karena tak lagi bisa sedih



                                                          Edisi 4/2017 | matajendela
   36   37   38   39   40   41   42   43   44