Page 39 - EBOOK_Renasans Jogja
P. 39
kuwi. Memang menyebalkan kok “Lho, jangan! Kamu jangan percaya Kelima anaknya sudah mencoba
yang namanya dalang itu. Jancuk saya! Itu namanya sirik. Percaya itu bertanya, kenapa bapak mereka
tenan kok, Ki Tejo ini. Untung hanya pada Tuhan. Kalau percaya seperti kehilangan semangat
cuma dalang wayang kulit. Bukan sama saya, nanti kamu malah dikafir- seperti itu. Hampir sepanjang hari
dalang kerusuhan. Terus terang, kafirkan.” terlihat melamun, tetapi sepertinya
saya memang kalah saingan kalau bukan karena sedang sedih.
sama dalang. Apalagi dalang Ki “Tapi bener nggak sinden itu seneng Dulu Basiyo selalu riang dengan
Sabdo Tejo. Kalau dapat tanggapan sama kamu?!” tingkah laku cucu-cucunya yang
gede, berangkat sendiri. Giliran bergelendotan manja. Kini wajah
“Kalau memang benar sinden itu
dapat tanggapan gratisan, saya baru Basiyo nyaris tanpa ekspresi. Tidak
senang sama saya, mestinya kan
diajak. Asem tenan kok. Sialan bener memperlihatkan perasan senang
ya ngalhamdulillah. Artinya kamu
kok. Kalau ndak percaya, tanya juga tidak menunjukkan kalau sebal
dapat berkah, karena suamimu ini
tuh Bagong, Pertruk atau Gareng. dan tak ingin diganggu. Ekspersi
masih disenengi sinden. Coba kalau
Memangnya kalau wayangannya yang datar dan kosong itulah yang
yang nyenengin suamimu ini cuma
sukses, Gareng Petruk Bagong membingungkan. Tatapan kosong
kirik, anjing, kan malah kamu yang
pernah diajak makan-makan po tetapi tak terlihat seperti orang
merasa terhina. Masak kamu saingan
sama dalangnya? Atau pernahkah Ki yang melamun kesepian. Seperti
sama kirik. Saya sih nggak keberatan
Sabdo Tejo ngasih bonus tambahan kesenyapan yang menggelisahkan
disenengi kirik. Tapi kamunya mau
pada saya? Tidak! Yang selalu dikasih tidak, saya poligami sama kirik?” tetapi tak penah bisa ditebak
bonus itu para sinden. Bonus apakah sesungguhnya yang sedang
dipikirkan atau dirasakan. Seolah
sperma…” Geerrrrrr…. Penonton Bila mengenang semua itu, Suparmi 39
tertawa. “Mestinya dalang itu harus juga tak bisa menjelaskan kalau ada batang pohon yang terlihat utuh
belajar dari para koruptor. Dapat yang bertanya, sejak kapan suaminya tetapi di dalamnya tak berisi apa
duit sedikit atau banyak, tetap berubah seperti itu: hampir selalu pun. Ketika Basiyo mengangguk
dibagi-bagi. Itu yang dinamakan diam dengan wajah datar tanpa atau menggeleng, seakan kepala itu
korupsi yang adil dan merata.” eksrpesi, tidak sedih tidak juga bergerak sendiri, bukan karena ia
ingin mengangguk atau menggeleng.
gembira, seakan-akan ia tak bisa
Seakan jiwa dan semua perasaannya
Berhari-hari Suparmi tak mau tertawa dan sedih lagi. telah menguap sehingga ia tak lagi
teguran sama suaminya. Ia terus
bisa sedih dan bahagia. Tak pernah
mbesengut, cemberut, karena kabar lagi ia terlihat tertawa, juga tak
soal sinden itu. LIMA anaknya pun tak pernah
menyadari perubahan itu. Anak tampak sedang bersedih.
“Kamu itu ya aneh, masa cemburu pertama bernama Eka, anak kedua “Mungkin dia kesambet, kerasukan
sama sinden,” Basiyo berkata pada bernama Dwi, anak ketiga Tri.
Ketiganya laki. Sedang kedua anak roh halus.”
istrinya. “Kamu kan tahu sendiri,
perempuannya yang nomer empat
nggak mungkin saya sama sinden
dan lima bernama Catur dan Panca. “Mana ada roh halus mau masuk
itu. Saya dan sinden itu kan beda
Bila ditanya kenapa memberi nama ke tubuhnya yang kerempeng itu.
keyakinan!! Saya yakin mau,
anak-anaknya seperti itu, Basiyo Sekarang ini, roh halus sudah cerdas-
sementara dia yakin tidak mau.”
menjawab, “Biar kayak Pancasila. cerdas. Kalau mau masuk ke tubuh
Gampang diingat. Bagaimana kita orang ya pasti pilih-pilih. Lebih enak
“Mbelgedess… Terserah, mau
bisa ingat Pancasila, kalau sama merasuk ke tubuh politisi, ketimbang
ngomong apa pun saya tak percaya.”
anak-anak sendiri saja nggak ingat.” ke tubuh Basiyo.”
Edisi 4/2017 | matajendela