Page 38 - EBOOK_Renasans Jogja
P. 38
bisa memahami kemarahannya.Siapa susahnya berumah tangga, kamu Suparmi selalu sebel, tapi dalam hati
yang akan sanggup terus-menerus akan mengerti, lebih menyenangkan tersenyum, bila omongan suaminya
dihantui bayangan orang yang kalau punya suami yang bisa sudah terbolak-balik seperti itu.
begitu dicintainya dalam keadaan membuatmu merasakan lega dan
terhina seperti itu, tak berdaya dan ikhlas menerima apa yang bahkan “Lagi pula masa kamu ndak tahu,
belepotan tai? Bisa saya bayangkan kamu kira tak akan sanggup kenapa saya ndak mau mandi? Kan
mimpi buruk dan mengerikan yang menjalaninya. “Suami yang bisa biar kamu yang mandiin.” Gayanya
mesti ditanggung Basiyo setiap membuatmu tersenyum ketika seperti anak kecil merajuk. Mau tak
malam,” Kata Mbah Ngabdul. kamu marah sekali pun. Begitulah mau, Suparmi tersenyum simpul.
“Sungguh, saya sendiri tak sanggup Kang Basiyo,” kata Suparmi, yang “Lagi pula beruntung lho kamu
mengingat itu. Saya selalu menangis. sudah 40 tahun menikah dengan kalau mandiin saya selagi saya
Saya bisa merasakan perasaan Basiyo. “Ketika saya merasa tak masih hidup, dari pada cuma punya
Basiyo. Kemarahannya pada saya. lagi punya apa-apa, saya selalu kesempatan memandikan saya saat
Kebenciannya pada saya.” diingatkan, semestinya tak perlu saya sudah jadi mayat.”
merasa kehilangan apa-apa karena
Sungguh tak pernah terbayangkan masih punya kebahagiaan. Meski “Kang Basiyo edyaaaannnn!!!”
oleh Mbah Ngabdul, ketika sedikit. Beras bisa habis. Tapi
suatu hari Basiyo menemuinya. “Lho ya masih lebih edan kamu,
kebahagian itu rejeki yang tak akan
Kemunculannya lebih mengejutkan pernah habis kita nikmati.” karena mau sama orang edan.”
dari kemunculan hantu, hingga
Ngabdul gemetaran nyaris ambruk. Pernah Suparmi sangat marah ketika
38 Basiyo tersenyum -- senyum Tentu saja, Kang Basiyo sering mendengar selentingan, gunjingan,
menyebalkan dan menjengkelkan.
yang tak akan pernah dilupakan kalau suaminya deket dengan
Dia jarang mandi. Saya sampai
Mbah Ngabdul, senyum yang sering uring-uringan kalau seorang siden. Basiyo memang sering
membebaskan seluruh perasaan sesak ikut wayangan Ki Sabdo Tejo, dalang
badannya sudah bau kecut tak
dari jiwanya, hingga ia hanya terisak ketulungan. Kalau tak dipaksa, lima edan itu, buat ngisi adegan lelucon
dan Basiyo memeluknya. “Sing uwis goro-goro. Penonton suka dengan
minggu pun bisa tak mandi.
ya uwis. Yang sudah ya sudah.” guyonan Basiyo. Malah, sebenarnya
penonton lebih suka dengan
“Kalau keringat saya bau prengus
Hal yang selalu ditegaskan Mbah guyonan Basiyo dari pada wayangan
kecut seperti ini, saya itu sebenarnya
Ngabdul setiap ada yang bertanya Ki Sabdo Tejo yang tak menarik
kenapa Basiyo kini tak bisa hanya ingin membuktikan, apakah sabetan-nya. Saat Ki Sabdo Tejo
kamu masih perhatian sama aku.
tertawa dan tersenyum lagi, ia main wayang, penonton banyak yang
akan menjawab, “Soal itu saya tak Kalau kamu masih mencium bau tertidur atau sibuk ngobrol sendiri-
saya, itu tandanya kamu masih
tahu. Tapi bila saya diminta untuk sendiri. Tapi begitu masuk adegan
menyebutkan senyum siapa yang perhatian sama saya. Kan saya guyonan Basiyo, penonton langsung
jadi senang. Makanya, kalau saya
akan selalu saya ingat ketika saya semangat.
rajin mandi, kamu malah tidak
mati, itu senyum Basiyo.”
punya kesempatan memperhatikan “Beginilah nggak enaknya jadi
saya. Kamu nanti nesu, marah,
pelawak,” kata Basiyo, “meski
PEREMPUAN memang pingin karena menganggap saya tidak pun lebih lucu dan lebih terkenal,
punya suami ganteng. Tapi bila memberikan kesempatan kamu tetap saja bayarannya lebih sedikit
kamu sudah merasakan pahit- untuk memperhatikan saya.” dari dalang. Cen asu kok dalang