Page 22 - EBOOK_Modal Sosial Petani Dalam Pertanian Berkelanjutan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Daerah
P. 22

2 | Modal Sosial Petani dalam Peratanian


             yang  ditempuh  pemerintah.  Salah  satunya  yang  terpenting  adalah
             tentang  program  Bimas,  Inmas,  Insus,  Supra  Insus.  Program-
             program  ini  merupakan  inti  dari  pembangunan  pertanian  revolusi
             hijau.  Program  ini  akhirnya  mendapat  kritik  yang  tajam  dari  para
             ahli  pertanian  (walau  pada  mulanya  program  ini  mampu
             meningkatkan  hasil  produksi  pertanian,  khususnya  beras,  hingga
             menjadi swasembada pada tahun 1984) karena pada banyak kasus
             (setelah  beberapa  tahun  program  berjalan)  tidak  memberikan  hal
             yang  lebih  baik  bagi  pertanian,  malah  menjadi  bumerang  bagi
             pembangunan pertanian selanjutnya (Hanani, 2003:32).
                  Masyarakat  sendiri,  ternyata  banyak  memiliki  pengetahuan
             tentang pertanian mereka. Setelah masuknya program revolusi hijau
             ini, pengetahuan yang mereka miliki dianggap rendah sehingga tidak
             digunakan  lagi.  Masuknya  program  revolusi  hijau  yang  dilakukan
             oleh   pemerintah,   sadar   atau   tidak   sadar   menghasilkan
             penghancuran terhadap pengetahuan masyarakat tentang pertanian
             rakyat. Pengetahuan modern menjungkirbalikkan pengetahuan lokal
             masyarakat,  dengan  anggapan  bahwa  pengetahuan  modern
             (pengetahuan luar) lebih baik ketimbang pengetahuan masyarakat.
             Padahal,  pengetahuan  masyarakat  lokal  lebih  bijak  dan  mampu
             menjaga keseimbangan lingkungan. Dalam hal ini, dapat dilihat dari
             cara  pertanian  yang  mereka  lakukan,  seperti  praktik  pertanaman
             campuran,  pengetahuan  tentang  lingkungan  hidup,  ketajaman
             mengamati,  dan  memilah-milah  tanaman  yang  mereka  kenal.
             Seharusnya,  pengetahuan  modern  dan  pengetahuan  masyarakat
             lokal  berkolaborasi  untuk  menghasilkan  produk  pertanian  yang
             lebih  baik,  sebab  keduanya  sama-sama  memiliki  kelebihan  dan
             kekurangan.
                  Pengetahuan  masyarakat  lokal  sudah  banyak  ditinggalkan,
             tidak  dipergunakan  lagi  atau  telah  musnah  saat  ini.  Untuk  itu,
             diperlukan  sebuah  cara  untuk  dapat  mengumpulkan  pengetahuan
             masyarakat  yang  dulu  ada.  Salah  satu  pendekatan  yang  dilakukan
             untuk melihat pengetahuan masyarakat adalah etnosains. Etnosains
             kurang lebih diartikan sebagai pengetahuan yang dimiliki oleh suatu
             bangsa  atau  lebih  tepatnya  lagi  suatu  suku  bangsa  atau  kelompok
             sosial  tertentu.  Menurut  Sturtevant  (1964:99)  mendefinisikannya
             sebagai “sistem of knowledge and cognition typical of a given culture”.
             Penekanannya  di  sini  adalah  pada  sistem  atau  perangkat
             pengetahuan,  yang  merupakan  pengetahuan  yang  khas  dari  suatu
             masyarakat, karena berbeda dengan pengetahuan masyarakat yang
             lain.  Hal  ini  menjelaskan  bahwa  ilmu  pengetahuan  tidak  harus

                                                     Amiruddin Ketaren|  Bab I : 1-96
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27