Page 23 - EBOOK_Modal Sosial Petani Dalam Pertanian Berkelanjutan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Daerah
P. 23
Pendahuluan | 3
diperoleh dari buku-buku teori, tetapi juga dari rakyat (suku
bangsa); tidak hanya yang menyangkut nilai atau hubungan sosial
tetapi juga aspek-aspek yang menyangkut teknologi.
Keunggulan pengetahuan rakyat desa adalah kemampuannya
untuk mempertahankan, meluaskan, dan membetulkannya. Ke
dalam kemampuan ini termasuk ketajaman penglihatan, ingatan
yang baik secara terinci, dan penyebarannya melalui pelajaran,
pemagangan, dan cerita dari mulut ke mulut. Cara-cara penyebaran
seperti ini diperlukan karena banyaknya ilmu dan pengetahuan yang
hilang dan yang harus diganti lebih banyak dari pada yang di alami
oleh ilmu pengetahuan “orang luar” yang tersimpan dalam tulisan,
perpustakaan atau komputer. Pengetahuan rakyat desa juga mudah
hilang dan disesuaikan dengan situasi. Ilmu atau pengetahuan dapat
hilang terbawa mati pemiliknya, tetapi juga dapat diperbaharui
secara terus-menerus dan dibetulkan melalui pengamatan.
Pengetahuan rakyat desa, dapat ditopang dan ditingkatkan oleh
kekayaan dan ketajaman pengamatan yang tidak ditemui dalam ilmu
pengetahuan “orang luar”. Hal ini disebabkan kemampuannya
menggunakan sejumlah pengalaman hidup dan lebih banyak
penginderaan dibandingkan dengan ilmuan modern (Chambers,
1987:115-116).
Perjalanan pembangunan pertanian di Indonesia hingga saat
ini belum menunjukkan hasil yang maksimal dilihat dari tingkat
kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pendapatan nasional.
Penurunan kemampuan lahan yang drastis dan persaingan global
menyebabkan petani terpuruk. Pembangunan pertanian tidak
mungkin dapat berhasil apabila tidak diatur dengan seksama
berbagai komponen yang mendukung pelaksanaannya. Tanah
sebagai faktor produksi pokok pertanian memegang peranan
penting dalam meningkatkan produksi sektor pertanian. Karena
struktur penguasaan tanah di Indonesia sangat tidak adil yang
terbukti tidak memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
kesejahteraan petani sehingga harus dilakukan pembaharuan. Di sisi
lain, mahalnya biaya operasional pertanian (pengolahan tanah,
pembibitan pupuk dan penggunaan pestisida) semakin
memperparah kehidupan petani.
Penelitian Mubyarto (dalam Hanani, 2003;34) di daerah
Ponorogo, di mana kebijakan pembangunan pertanian dengan jalan
modernisasi melalui introdusir besar-besaran teknologi berupa
pupuk, pestisida, bibit unggul dan pengolahan tanah yang maksimal
ternyata tidak memberikan tambahan pada tingkat kesejahteraan