Page 27 - EBOOK_Modal Sosial Petani Dalam Pertanian Berkelanjutan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Daerah
P. 27
Pendekatan Teori | 7
B B A A B B I I I I
P P E E N N D D E E K K A A T T A A N N T T E E O O R R I I D D A A N N
M M E E T T O O D D E E P P E E N N E E L L I I T T I I A A N N
A . T i n j a u a n P u s t a k a
1 . M o d a l S o s i a l
Terjamin dan terselenggaranya suistainable development,
program pemberdayaan yang dilakukan harus mengadopsi
keberadaan modal sosial (social capital) yang berkembang di
masyarakat. Pemberdayaan tidak hanya ditujukan kepada individu
personal saja tetapi juga terhadap lembaga atau pranata yang ada di
masyarakat. Hal ini disebabkan karena pranata tersebut lahir dari
budaya masyarakat. Pemberdayaan yang mengedepankan adat dan
budaya masyarakat cenderung lebih efektif daripada pemberdayaan
dengan konsep baru yang belum tentu sesuai dengan budaya
penduduk (Suparjan dan Suyatno, 2003:44).
Harris (2002:20) menjelaskan bahwa keberadaan modal sosial
memiliki peran yang sama penting dengan keberadaan modal
ekonomi dan modal budaya dalam proses pembangunan. Fenomena
modal sosial ini oleh banyak ahli bahkan Bank Dunia
direkomendasikan sebagai faktor penting yang mendukung
kesejahteraan warga. Keberadaan modal sosial (social capital) harus
diperhatikan dalam pengimplementasian suatu kebijakan yang
menyangkut pembangunan masyarakat. Perhatian masyarakat dunia
terhadap keberadaan modal sosial mulai meningkat sejak 2 (dua)
dekade terakhir. Hal ini ditandai dengan adanya anjuran dari Bank
Dunia untuk memperhatikan keberadaan modal sosial dalam
pembangunan masyarakat, terutama masyarakat yang mengalami
keterbelakangan dan kemiskinan.
Hermawati dan Handari, 2003: 22 mendefinisikan modal sosial
sebagai sumber daya aktual dan potensial yang dimiliki seseorang
berasal dari jaringan sosial yang terlembagakan serta berlangsung
terus menerus dalam bentuk pengakuan dan perkenalan timbal-
balik yang memberikan kepada anggotanya berbagai bentuk