Page 29 - EBOOK_Modal Sosial Petani Dalam Pertanian Berkelanjutan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Daerah
P. 29
Pendekatan Teori | 9
Bank Dunia (World Bank) memberikan makna modal sosial
tidak sesederhana hanya sebagai penjumlahan institusi-institusi
yang dibentuk oleh masyarakat, tetapi juga merupakan perekat atau
penguat yang menyatukan mereka secara bersama-sama. Social
capital meliputi shared values dan rules bagi perilaku sosial yang
terekspresikan dalam hubungan-hubungan antar personal, trust, dan
common sense tentang tanggung jawab masyarakat
(http://www.worldbank.org/poverty/scapital).
Ancok (2003:16-17) membagi konsep modal sosial menjadi
dua kelompok yang memiliki perspektif berbeda. Kelompok
pertama, selalu memandang positif terhadap modal sosial dan
kelompok kedua memandang skeptis dan mengkritisi keberadaan
modal sosial. Kelompok pertama menekankan pada jaringan
hubungan sosial (social network). Pendapat dari kelompok ini
diwakili oleh antara lain oleh Brehm Rahn berpendapat bahwa
modal sosial adalah jaringan kerjasama di antara warga masyarakat
yang memfasilitasi pencarian solusi dan permasalahan yang
dihadapi mereka. Defenisi lain dikemukakan oleh Pennar “the web of
social relationships that influences individual behavior and thereby
affect economic growth” (jaringan hubungan sosial yang
mempengaruhi perilaku individu yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi). Pandangan kelompok pertama ini menekankan pada
aspek jaringan hubungan sosial yang diikat oleh kepemilikan
informasi, rasa percaya, saling memahami, dan kesamaan nilai, dan
saling mendukung. Menurut pandangan kelompok ini modal sosial
akan semakin kuat apabila sebuah komunitas atau organisasi
memiliki jaringan hubungan kerjasama.
Kelompok kedua lebih menekankan pada karakteristik (traits)
yang melekat (embedded) pada diri individu manusia yang terlibat
dalam sebuah interaksi sosial. Pendapat pakar pada kelompok kedua
diwakili antara lain oleh Fukuyama. Fukuyama (1999:16)
mengatakan modal sosial dapat didifenisikan sebagai serangkaian
nilai-nilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama para
anggota suatu kelompok masyarakat yang memungkinkan
terjalinnya kerjasama di antara mereka. Ancok (2003:18) kembali
menambahkan bahwa defenisi yang dikemukakan oleh Fukuyama
mengandung beberapa aspek nilai (value) yang dikemukakan oleh
Schwartz (1994, 57). Ada empat nilai yang sangat erat kaitannya
dengan definisi yang dikemukakan oleh Fukuyama, yakni: