Page 12 - Perjuangan Pondok Pesantren Lirboyo Dalam Peristiwa 10 November 1945 Terbaru
P. 12

Misalnya  Kiai  Imam  Rofi’i  dari  Bagelan,  Kiai Hasan  Bashori dari


        Banyumas, Kiai Mlangi dari Sleman, dan lain-lain. Manab begitu kagum,

        hanya karena kedalaman ilmu agama para ulama, Belanda sangat takut


        menghadapi  mereka.  Terbesit  sebuah  cita-cita  luhur  di  hati  Manab


        ingin  mencontoh  keteladanan  ulama.  Beliau  ingin  tahu  ilmu  agama

        secara  mendalam,  ia  seperti  tidak  rela  menjadi  orang  biasa.  Walau


        sebenarnya  Manab  sadar  bahwa  ia  hanya  anak  petani,  tapi  ia  yakin


        bahwa keturunan sejati adalah keturunan sesudahnya, Baginya, nasab


        tidaklah  penting.  Yang  penting  adalah  ilmu.  Akhirnya,  pucuk  dipinta

        ulam pun tiba.


               Aliman,  kakak  Manab  yang  telah  merantau  ketika  pulang  ke


        Magelang menengok keluarganya. Ia juga bermaksud mengajak pergi

        Manab  yang  saat  itu  berusia  14  tahun.  Betapa  gembira  hati  Manab.


        Keinginan yang selama ini terpendam, yakni meninggalkan kampung


                                          (demi menuntu ilmu) dan terlaksana juga. Apabila
        halaman lithalabi ilmi
        setelah         Belanda         kian      melancarkan             penangkapan-penangkapan


        terhadap  pemuda  kader-kader  ulama,  hati  Manab  semakin  berontak


        saja untuk secepatnya meninggalkan Magelang (Bahtiar dkk, 2018: 23).
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17