Page 16 - Perjuangan Pondok Pesantren Lirboyo Dalam Peristiwa 10 November 1945 Terbaru
P. 16
Madura sebagai pulau garam tersohor pula "garam-garam"
mulianya. Itu murid-murid Kiai Kholil yang jadi ulama-ulama jawara di
Tanah Jawa. Keinginan Manab untuk menjadi murid Kiai Kholil
terlaksana juga. Setelah beberapa saat mondok di Pesantren
Kedungdoro, Sepanjang, Sidoarjo, tahun 1896 dia menyemberang
meninggalkan Jawa. Sesampai di Madura yang panas dan gersang itu,
semangat Manab kian terbakar.
Udara madura yang menyengat itu kian menambah hausnya
Manab meneguk ilmu Kiai Kholil yang sangat alim hampir dalam semua
cabang ilmu, baik fikih, tafsir, hadis, maupun tasawuf. Menjadi santri
Kiai Kholil yang terkenal sebagai wali itu ternyata tidaklah mudah.
Berbagai ujian, baik lahir maupun batin, mesti dijalani. Cobaan yang
kadang tidak masuk akal harus diterima. Demikian pula dengan Manab.
Ia tak luput dari berbagai ujian sang guru.
Ketika Manab ingin bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari seperti sebelum di Madura, dia bersama seorang sahabatnya,
Abdulloh Faqih, dari Cemara (Sekarang Kecamatan Srono),
Banyuwangi, berangkat ke daerah sekitar Banyuwangi dan Jember
untuk ikut mengetam padi.