Page 21 - Perjuangan Pondok Pesantren Lirboyo Dalam Peristiwa 10 November 1945 Terbaru
P. 21
Beliau merasa ilmunya telah terkuras habis. Tetapi Manab
sebenarnya masih ingin tetap di Bangkalan. Masih merasa dahaga ilmu
agama. Namun, karena sadar yang menyuruh pulang adalah gurunya
yang lebih tahu mana yang lebih baik untuk dirinya, akhirnya Manab
pulang juga meninggalkan Bangkalan dengan rasa ikhlas. Ternyata,
kepatuhan dan keikhlasan itu berbuah juga.
Sesampai di Jawa, Kiai Manab mendengar bahwa salah seorang
sahabatnya kala mondok di Madura, yakni Kiai Hasyim Asy'ari telah
tiga tahun membina sebuah pesantren di Tebuireng Jombang. Kiai
Manab yang belum lama pulang dari Bangkalan rupanya tertarik untuk
singgah di pesantren yang diasuh oleh rekan satu almamater yang ahli
dalam ilmu hadist tersebut. Setelah kurang lebih 5 tahun Kiai Manab
nyantri di Tebuireng, belum juga berhasrat melepas masa lajangnya.
Padahal, usia beliau sudah melebihi pantas untuk berkeluarga.Mungkin
saking asyiknya menuntut ilmu. Tapi, tidak begitu lama dan tanpa
diduga-duga, datanglah seorang kiai dari Pare, Kediri, mengajukan
lamaran kepada Kiai Hasyim. Tapi dengan halus, lamaran itu ditolak,
sebab diam-diam beliau ingin menjodohkan Kiai Manab dengan salah
satu putri kerabatnya, yakni Kiai Sholeh dari Banjarmelati,
Kediri.