Page 23 - Perjuangan Pondok Pesantren Lirboyo Dalam Peristiwa 10 November 1945 Terbaru
P. 23
Tak lama kemudian, selang beberapa hari setelah Idul Fitri, Kiai
Sholeh sowan ke Jombang dengan membawa jawaban yang sungguh
menggembirakan. Lamaran tersebut beliau terima dengan senang hati.
Bahkan, saat itu juga, dicapai kesepakatan untuk segera dilaksanakan
pernikahan antara Kiai Manab dengan putri Kiai Sholeh. Tapi, karena
di bulan Syawal masih banyak kesibukan, pernikahan itu ditunda empat
bulan kemudian, tepatnya 8 Shafar 1328/1908 M. Hari bahagia nan
berkah akad nikah antara kiai dan putri seorang kiai berlangsung
dengan khidmat.
Kiai Manab, yang saat itu berusia 50 tahun lebih, naik pelaminan
menyunting dara ayu, Khodijah binti Kiai Sholeh, yang masih 15 tahun.
Sungguh pasangan yang jauh dari serasi. Namun, berkat restu orang
tua dan guru, cinta suci bersemi pula. Maka, berbahagialah mereka.
Tapi, kebahagiaan itu tidak menghadirkan kemeriahan layaknya
sebuah pesta perkawinan sebab pernikahan itu hanya dilangsungkan
secara sederhana, iktifaan.
Kiai Manab hanya diantar oleh rekan-rekan
yang berjumlah 12 orang. Diantaranya Kiai Abas dan kakaknya. Kiai
Abas dari Buntet Cirebon dan Gus Ahmad. Bahkan, begitu
sederhananya pernikahan itu, keluarga Kiai Manab di
Magelang tidak mengetahui.