Page 27 - Perjuangan Pondok Pesantren Lirboyo Dalam Peristiwa 10 November 1945 Terbaru
P. 27
Menurut Asep Bahtiar dkk (2018: 33) mengemukakan bahwa
Kehadiran Kiai Manab rupanya tidak disukai oleh penduduk sekitar.
Waktu itu masih berjumlah 41 kepala keluarga. Mereka yang menjadi
perusuh, maling, atau perampok mrasa terusik dengan kehadiran
beliau. Tak ayal, segala bentuk teror, baik pada siang maupun malam,
semua itu beliau hadapi satu persatu dengan terus bertabligh, amar
ma’ruf nahi munkar. Bahkan, bukan hanya itu. Kiai Manab pun
melakukan usaha batin, riyadlah (tirakat), berpuasa, memohon
pertolongan Allah. Sebab, bukan hanya mereka sajayang mengganggu
beliau, tapi juga para makhluk halus seperti jin jahat. Bahkan, sampai
sekarang, keangkeran itu masih terasa.
Pada waktu itu banyak penduduk Lirboyo yang belum Islam. Hal
ini diperkuat dengan belum adanya sarana masjid untuk menampung
shalat Jum’at. Dengan demikian, Kiai Manab yang petama
menyebarkan Islam di desa Lirboyo. Upaya Kiai Manab menyadarkan
masyarakat Lirboyo lambat laun menampakkan hasil. Banyak
penduduk yang mulai insaf setelah mendapat wejangan dari beliau.
Bahkan, selang tidak begitu lama, Kiai Manab telah mampu
membangun sarana peribadatan sederhana, yaitu sebuah
Langgar Angkring.