Page 30 - Perjuangan Pondok Pesantren Lirboyo Dalam Peristiwa 10 November 1945 Terbaru
P. 30
Pasca kemerdekaan bangsa Indonesia, Belanda membonceng
NICA (Nederland Indies Civil Administration) untuk melakukan
pertempuran di Surabaya. Pertempuran di Surabaya tidak lepas dengan
peristiwa yang mendahuluinya, yaitu usaha perebuatan kekuasaan dan
senjata dari tangan jepang yang dimulai pada tanggal 2 September
1945. Perebutan kekuasaan dan senjata ini membangkitkan suatu
pergolakan sehingga berubah menjadi situasi revolusi yang
konfrontatif (Poesponegoro, & Notosusanto, 2011: 187).
Berita akan mendaratnya tentara NICA pada tanggal 25 Oktober
1945 di Surabaya dikabarkan pertama oleh Menteri peperangan Amir
Syarifuddin dari Jakarta. Berita itu menyebutkan tugas tentara sekutu
di Indonesia, yaitu menyangkut orang Jepang yang sudah kalah perang,
dan orang asing yang ditawan pada zaman Jepang. Menteri berpesan
agar pemerintah daerah Surabaya menerima baik dan menbantu tugas
sekutu. Sikap politik pemerintahan pusat tersebut sulit diterima rakyat
Surabaya pada umumnya. Rakyat Surabaya mencurigai kedatangan
Inggris sebagai usaha membantu mengembalikan kolonialisme
Belanda di Indonesia. Tentara sekutu yang dipimpin AWS Mallaby
mendarat di Tanjung Perak Surabaya (Sudiro dalam
Dwiatmika, 2018: 48).