Page 20 - Perjuangan Pondok Pesantren Lirboyo Dalam Peristiwa 10 November 1945 Terbaru
P. 20
Tapi karena kealiman pemiliknya, justru santri yang mendapatkan
kitab bekas itu sangat gembira sekali. Bahkan hanya karena ingin
mempunyai dua buah kitab, Kiai Manab pernah berjalan ratusan
kilometer. Ketika itu, beliau menjenguk keluarga di Magelang. Saat
menjelang kembali ke pondok, Sang Ibunda, Salamah, memberi bekal
uang sebesar lima rupiah untuk naik kereta api. Tapi, karena beliau
sangat membutuhkan kitab, uang tersebut justru digunakan untuk
membeli dua kitab, yaitu Minhajul dan Ibnu Aqil. Demi dua kitab
tersebut, Kiai Manab bersedia melepaskan kursi kerat api diganti
berjalan kaki (Asep Bahtiar dkk, 2018: 28).
Selepas abad sembilan belas, usia Kiai Manab hampir setengah
abad. Usia yang menunjukan ilmu dan pengalaman hidup. Beberapa
pesantren pernah beliau singgahi. Misalnya, Babadan, Cempoko,
Trayang, Sono, Kedungdoro, Bangkalan, dan Tebuireng. Ini
menunjukkan bahwa Kiai Manab bukan hanya alim tapi, tapi sudah alim
allamah.
Kiai Kholil tentunya lebih tahu hal itu. Beliau merasa Manab
telah mencapai puncak dan menemukan jati dirinya. Beliau meminta
agar Manab meninggalkan Bangkalan dan segera pulang menyebarkan
ilmunya di masyarakat.