Page 84 - E-Modul Interaktif Sejarah Pergerakan Kebangsaan di Indonesia (HP)
P. 84
Rangkuman
PNI (Partai Nasional Indonesia) didirikan pada tanggal 4 Juli 1927, setelah
terjadi kekosongan organisasi pergerakan yang dengan berani
menentang Belanda akibat PKI (Partai Komunis Indonesia) dicap sebagai
organisasi terlarang.
Terdapat 10 orang tokoh yang menjadi pelopor berdirinya PNI, yakni
Sukarno, Cipto Mangunkusumo, Sunario, Iskaq Cokrohadisurjo, Sartono,
Budiarto Martoatmojo, Samsi Sastrowidagdo, Anwari, Sujadi, dan J. Tilaar.
Strategi perjuangan PNI bersifat radikal-nonkooperatif.
PNI melakukan kongres sebanyak dua kali, yaitu Kongres Pertama PNI di
Kota Surabaya pada tanggal 28-31 Mei 1928 dan kongres kedua di Kota
Jakarta tanggal 18-19 Mei 1929.
Keradikalan PNI membuat Pemerintah Kolonial Hindia Belanda gusar. Di
tahun 1929, terdengar isu bahwa PNI akan melakukan pemberontakan,
sehingga di penghujung tahun 1929 dilakukan penangkapan terhadap
tokoh pemimpin partai, seperti Sukarno. Kondisi ini mengakibatkan partai
semakin lemah dan seakan lumpuh
Sartono, pemimpin baru PNI yang menggantikan Sukarno, membubarkan
partai pada tahun 1931 dan mendirikan Partai Indonesia (Partindo).
Sebagian anggota PNI yang tidak setuju atas pembubaran partai akhirnya
mendirikan PNI Baru (Pendidikan Nasional Indonesia) yang diketuai oleh
Mohammad Hatta.
PPPKI (Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan
Indonesia) didirikan pada tanggal 17 Desember 1927 dan dipelopori oleh
PNI (Partai Nasional Indonesia).
PPPKI berhasil merangkul organisasi-organisasi pergerakan yang memiliki
perbedaan kepentingan, golongan, dan strategi perjuangan di dalam satu
wadah yang sama demi menyatukan tujuan menuju kemerdekaan
Indonesia.
Pada awalnya berdirinya, PPPKI bersifat radikal-nonkooperatif seperti PNI,
tetapi semenjak kepemimpinan federasi dialihkan ke Sutomo dari
organisasi Indonesche Studie Club yang berkantor di Surabaya, PPPKI
menjadi lebih lunak dan kooperatif. Lalu, pada tahun 1935 PPPKI sudah
tidak terlihat lagi.
72