Page 15 - Sinar Tani Edisi 4105
P. 15
15
Edisi 8 - 14 Oktober 2025 | No. 4105 Tahun LVI
Marson, Hijaukan
Lahan Gersang El Tari
dengan Pepaya
Dari buruh pelabuhan yang bergelut dengan
bongkar muat, Marson mengubah lahan kosong
menjadi kebun pepaya produktif. Bahkan, kini anak-
anaknya kuliah berkat kerja keras dan tekadnya.
aya tidak tamat Perjalanan Marson ke dunia
SD, tapi anak-anak pertanian dimulai saat pandemi
saya harus sekolah Covid-19. Aktivitas di pelabuhan kebun ini, ia rutin memasok buah ke tinggi. Itu impian saya,” ucapnya
tinggi. Itu impian menurun drastis, membuat Pasar Alok dan Pasar Wuring. Dalam lagi, kali ini dengan senyum yang
saya,” ujar Mariono pendapatannya tak menentu. Di seminggu, Marson bisa memanen terselip haru.
“SMarson (49) sambil tengah kesulitan, Marson tidak antara 50 hingga 500 buah, Kini, pepaya merah ranum
menatap pepaya yang mulai ranum pasrah. Ia mulai menanam 20 pohon tergantung musim dan ukuran, itu bukan sekadar buah. Ia
di kebunnya. Mata pria yang sehari- pepaya dan tomat di waktu luang. dengan harga Rp7.000–Rp10.000 per simbol perjuangan, kesabaran,
harinya menjadi buruh bongkar muat “Awalnya iseng saja. Tapi ternyata buah. dan impian yang tumbuh di
di Pelabuhan Lorens Say Maumere, hasilnya menjanjikan,” kenangnya. Selain merawat, Marson juga tengah keterbatasan. Dari buruh
Kabupaten Sikka, itu berkaca-kaca, Semangat itu menular. Marson menyiapkan bibit sendiri. Sebagian pelabuhan yang tak tamat SD,
menyimpan rasa haru sekaligus menambah jumlah pohon, pertama berasal dari pepaya pasar yang ia Marson membuktikan kerja keras
tekad yang luar biasa. 100, kemudian 200 tanaman, semai ulang. “Bibit dari toko sering dan tekad bisa mengubah nasib.
Di balik aktivitas berat hingga akhirnya fokus pada pepaya. menghasilkan pohon betina yang Lahan gersang di El Tari kini menjadi
mengangkat peti dan kontainer, Kini, kebun itu menjadi sumber tidak berbuah. Kalau ada pohon ladang harapan, tempat mimpi dan
Marson menyimpan dunia lain, penghasilan utama dan modal rusak atau dimakan ulat, saya ganti ketekunan berbuah manis, untuk
kebunnya. Lahan kosong milik untuk masa depan anak-anaknya. dengan bibit baru. Semua saya rawat dirinya, dan untuk depan anak-
Pemkab Sikka di kawasan El Tari, “Kalau kita tekun, pasti ada hasil,” sendiri,” ujar ayah tiga anak itu. anaknya.
yang dulu gersang dan terbengkalai, kata Marson sambil mengelus Bagi Marson, kebun bukan Setiap pohon yang dirawat
kini berubah menjadi hamparan hijau batang pepaya yang mulai berbuah sekadar ladang uang. Ia menanam adalah cerita, setiap buah yang
produktif. Sekitar 600 pohon pepaya merah ranum. mimpi untuk anak-anaknya. Dari hasil dipanen adalah pelajaran, dan
California dan jenis lain berjajar Kebun pepaya Marson cukup kebun, anak sulungnya kini kuliah setiap langkahnya adalah bukti
rapi, masing-masing berjarak satu istimewa, karena perawatannya. di Jurusan Akuntansi Universitas bahwa kesempatan bisa datang dari
meter. Dari kebun ini, buah pepaya Seluruh pohon dipelihara tanpa Nusa Cendana (Undana) Kupang, mana saja. Marson menanam bukan
tak sekadar makanan, melainkan pupuk kimia. Pupuk kompos, tangan sementara dua anak lainnya duduk hanya pepaya, tapi mimpi, harapan,
harapan yang tumbuh, buah dari terampil, dan ketekunan menjadi di bangku SMP. “Saya tidak tamat SD, dan keberanian untuk memulai lagi.
ketekunan yang tak kenal lelah. rahasia manisnya pepaya. Kini dari tapi anak-anak saya harus sekolah Nattasya/Yul

