Page 43 - kumpulan jurnal integrasi Kelas A
P. 43

bioaktif berupa fenilik dan flavonoid yang dapat berfungsi sebagai senyawa antioksi dan
                       yang tinggi, bahkan melebihi aktivitas antioksidan yang terdapat pada strawberry.
                              Kandungan nilai gizi dan senyawa bioaktif yang tinggi pada kelor tersebut dapat
                       dimanfaatkan sebagai alternative bahan pangan dapat mengatasi dan mencegah kejadian
                       gizi buruk dan stunting pada anak balita. Disamping itu daun kelor mudah diperoleh
                       karena  ada  ditanam  hampir  di  semua  halaman  rumah  masyarakat,  sehingga  bisa
                       mengurangi  biaya  pengadaannya,  sehingga  Kelor  tidak  hanya  dapat  dimanfaatkan
                       menjadi hanya sekedar sayuran, tapi juga dapat diolah menjadi berbagai  macam olahan
                       seperti serbuk kelor yang dapat ditambahkan dalam pembuatan aneka olahan seperti:
                       nugget, perkedel, sosis, cake, biskuit, cookies, cokelat, minuman instan dan bubur bayi
                       dan olahan lainnya.
                              Tanaman kelor dapat tumbuh dan berkembang di daerah tropis seperti Indonesia.
                       Tanaman kelor dapat tumbuh mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 700 m di atas
                       permukaan laut. Tanaman kelor adalah salah satu tanaman perdu dengan ketinggian 7-
                       11 meter, tahan terhadap musim kering dengan toleransi terhadap kekeringan sampai 6
                       bulan  serta  mudah  dibiakkan  dan  tidak  memerlukan  perawatan  yang  intensif.  Di
                       Indonesia, tanaman kelor memiliki beragam nama di beberapa wilayah di antaranya
                       kelor (Jawa, Sunda, Bali, Lampung), maronggih (Madura), moltong (Flores), keloro
                       (Bugis), ongge (Bima), murong atau barunggai (Sumatera) dan hau fo (Timur). Kelor
                       merupakan spesies dari keluarga monogenerik yang paling banyak dibudidayakan, yaitu
                       Moringaceae  yang  berasal  dari  India  sub-  Himalaya,  Pakistan,  Bangladesh  dan
                       Afghanistan.
                              Pemanfaatan tanaman kelor di  Indonesia saat ini masih terbatas. Masyarakat
                       biasa menggunakan daun kelor sebagai pelengkap dalam masakan sehari-hari, tidak
                       sedikit yang menjadikan tanaman kelor hanya sebagai tanaman hias yang tumbuh pada
                       teras-teras rumah, bahkan di beberapa wilayah di Indonesia pemanfaatan daun kelor
                       lebih banyak untuk memandikan jenazah, meluruhkan jimat, dan sebagai pakan ternak.
                              Perkembangan zaman yang semakin maju ditambah dengan kemudahan akses
                       informasi  perlahan  mempengaruhi  pola  hidup  masyarakat.  Selektif  dalam  memilih
                       jenis menu makanan sehari-hari dengan lebih banyak memperhatikan nilai gizi demi
                            menjaga kesehatan tubuh. Banyaknya ragam pilihan makanan, menjadikan daun
                       tanaman kelor sebagai makanan warisan kadang ditinggalkan. Mengingat fungsi dan
                       manfaat tanaman kelor yang sangat beragam, baik untuk pangan, obat-obatan, maupun
                       lingkungan maka informasi terkait manfaat tanaman kelor perlu disosialisasikan secara
                       masif  kepada  masyarakat,  agar  dapat  dibudidayakan  secara  luas  dan  dimanfaatkan
                       secara optimal.
                              Salah satu bagian dari tanaman kelor yang telah banyak diteliti kandungan gizi
                       dan  kegunaannya  baik  untuk  bidang  pangan  dan  kesehatan  adalah  bagian  daun.  Di
                       bagian tersebut terdapat ragam nutrisi, di antaranya kalsium, besi, protein, vitamin A,
                       vitamin B dan vitamin C (Misra & Misra, 2014; Oluduro, 2012). Kandungan zat gizi
                       daun kelor lebih tinggi jika dibandingkan dengan sayuran lainnya yaitu berada pada
                       kisaran angka 17.2 mg/100 g (Yameogo et al.,2011).

              B.  Metodologi
                       Metode yang diginakan dalam penulisan artikel Analisi Pemanfaatan daun ke;lor sebagai obat
                  stunting pada materi bioteknologi kelas IX yaitu metode kualitatif dan studi pustaka (library research),
                  pengumpulan data dengan cara mencari sumber dan merkontruksi dari berbagai sumber seperti buku,
                  jurnal, dan riset-riset yang sudah ada.



                                                                                                                38
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48