Page 88 - kumpulan jurnal integrasi Kelas A
P. 88
Bengkalis (Dariana, 2020). Tenun adalah pembuatan kain, dan pada prinsipnya
kain tenun terjadi karena adanya persilangan antara dua benang yang terjalin saling
tegak lurus satu sama lainnya. Benang-benang tersebut terbagi menjadi dua arah yaitu
vertikal dan horizontal. Benang yang arahnya vertikal atau mengikuti panjang kain
dinamakan benang lungsi, sedangkan benang yang arahnya horisontal atau mengikuti
lebar kain disebut benang pakan. Menurut Kartiwa (1986) bahwa tenun songket adalah
kain yang ditenun dengan menggunakan benang emas atau perak dan dihasilkan dari
daerah-daerah tertentu saja seperti misalnya songket Palembang, songket Minangkabau,
songket Siak dan sebagainaya (Guslinda & Kurniaman, 2016).
Menurut Lestari & Riyanti (2017) kain tenun siak secara tradisional dibuat oleh
pengrajin yang telah diwariskan secara turun-temurun di lingkungan keluarga penenun
dengan menggunakan alat tenun "Kek" atau ada yang menyebutnya alat tenun gedokan.
Pembuatan kain ini dilakukan melalui proses menenun benang katun yang sekaligus
disertai dengan memasukkan benang emas atau benang perak sebagai benang pakan
untuk membentuk berbagai motif atau pola tenun, yang menghiasi permukaan kain.
Untuk membuat satu lembar kain tenun Siak membutuhkan waktu yang cukup lama
karena pengerjaannya rumit dan membutuhkan ketelitian, menggunakan alat tenun yang
sangat sederhana. Selain menggunakan alat tenun kek, saat ini kain tenun siak juga
banyak beredar di pasaran sebagai hasil produksi menggunakan Alat Tenun Non Mesin
(ATBM). ATBM adalah alat tenun tradisional untuk membuat kain tenun dengan
anyaman sederhana dan gerakannya dilakukan oleh operator sendiri atau digerakkan
oleh tenaga manusia namun dibandingkan dengan alat tenun Kek, alat ini lebih modern,
sehingga mampu menghasilkan kain dalam jumlah banyak dengan waktu yang lebih
cepat. Untuk menyelesaikan pembuatan satu lembar kain tenun Siak menggunakan alat
tenun kek, pengerjaannya memakan waktu sekitar 3-4 minggu, namun saat ini
menggunakan ATBM pengerjaannya dapat dipersingkat menjadi hanya 4-5 hari. Kain
tenun produksi ATBM ini banyak beredar di pasaran yang memiliki harga jual jauh
lebih murah dibandingkan produk woven yang menggunakan kek. Namun, bagi
masyarakat Melayu Siak, menggunakan kain tenun Siak (asli) dari tenun rumahan
merupakan kebanggaan tersendiri dan menambah kepercayaan diri pemakainya.
Sehingga produksi pengrajin rumahan ini masih memiliki pangsa dan laris manis di
pasaran (Indriati, Turmudi&Dahlan, 2022).
Kerajinan tenun Siak ini mulai dikenal orang pada tahun 1800 M. Pada masa itu
Kerajaan Siak Sri Indrapura berada di bawah kepemimpinan Sultan Saidis Syarief Ali
Abdul Jalil Syaifuddin. Perintis kerajinan tenun Siak waktu itu ialah Encik Siti binti
Ecik Karim yang berasal dari Trengganu Malaysia. Alat tenun yang digunakan pada
masa itu masih sederhana yaitu alat tenun ”Tumpu”. Sejalan dengan perubahan zaman,
saat ini alat yang digunakan untuk bertenun pun mengalami perubahan dan peningkatan
yaitu dengan menggunakan rumah-rumah tenun yang disebut “Kek”. Benang yang
digunakan pada masa itu adalah benang sutera, tetapi sekarang sudah bervariasi, di
antaranya benang katun, emas, dan perak. Di Siak Sri Indrapura, alat tenun yang
digunakan untuk menenun disebut Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Alat tenun
Kek, jarang digunakan lagi karena alat ini lambat dalam pembuatan tenun songket. Kain
tenun songket Siak mengandung pengertian, hasil seni kerajinan tangan masyarakat
Melayu Siak merupakan bagian kebudayaan karena kain songket dalam kehidupan
masyarakat Melayu umumnya dipakai pada waktu tertentu yang menuntut orang harus
memakainya, seperti pada acara-acara resmi atau perhelatan (Guslinda & Kurniaman,
2016).
83