Page 97 - Nanos Gigantos Humeris Insidentes
P. 97

kaum menak Priangan dengan permasalahan-permasalahannya

            ... tulisan ini diharapkan dapat membuka perspektif-perspektif
            baru dalam usaha lebih memahami karakteristik elite politik
            Indonesia, khususnya elite Sunda dewasa ini dan pada masa
            yang akan datang” (Lubis 1998:12)


            ___________________________________________________
            Contoh: Nina Herlina Lubis (1998). Kehidupan Kaum Menak Priangan
            1800-1942



                Kajian khusus tentang sistem kekerabatan di Priangan pertama
                kali dilakukan oleh Samiati Alisjahbana. Karyanya yang berjudul
                A Preliminary Study of  Class Structure Among the Sundanese in the
                Priangan, merupakan kajian pendahuluan di bidang antropologi.
                Dalam bab pertama diuraikan tentang konsep menak dengan
                rujukan karya Van Vollenhoven yang telah disebut pertama.
                Alisjahbana mengelompokkan  menak dan  Santana sebagai

                satu kelas dan kelompok jalma leutik (cacah) sebagai satu kelas
                di bawahnya. Selanjutnya disebutkan bahwa kedudukan dalam
                struktur pemerintahan merupakan kriteria utama apakah
                seseorang itu tergolong  menak-santana atau bukan. Pada bab
                berikutnya  dikemukakan  simbol-simbol  kaum  menak  yang
                meliputi soal gelar, pusaka, tempat tinggal, etiket, bahasa, dan
                upacara-upacara yang menyangkut daur kehidupan. Dalam

                bab ini juga dikemukakan masalah penghasilan mereka.
                Dalam uraian tentang pemakaian gelar, Alishjabana tidak
                membedakan gelar dengan sebutan kebangsawanan. Misalnya,
                ia menyebutkan bahwa anak laki-laki seorang  raden  disebut
                aom, sedangkan anak perempuan disebut juag. Padahal aom dan
                juag adalah sebutan bagi putra dan putri bupati atau mantan
                bupati. Di sini tampak jelas bahwa karya Samiati Alishjabana





                                           61
   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102